News Breaking
MEDKOM LIVE
wb_sunny

Breaking News

Ayah Hamil: 4 Gejala Aneh Saat Istri Mengandung

Ayah Hamil: 4 Gejala Aneh Saat Istri Mengandung

Perubahan besar terjadi pada tubuh ibu selama masa kehamilan. Akan tetapi, tahukah Bunda bahwa tubuh suami juga bisa mengalami perubahan saat istri sedang mengandung? Mari kita simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Dikutip laman FathersnetworkPenelitian terkini mengungkapkan adanya perubahan signifikan pada otak dan kadar hormon perempuan selama masa kehamilan dan beberapa bulan awal pasca persalinan.

Perilaku Ayah ketika Bunda mengandung.

Hormon oksitosin, yang populer disebut sebagai 'obat cinta' untuk wanita, sudah lama dikenal berperan penting dalam mempererat hubungan antara ibu dan buah hatinya. Akan tetapi, penelitian terbaru mengungkap bahwa manfaat hormon oksitosin dalam membangun kedekatan tidak hanya dirasakan oleh ibu.

Ayah dan ibu yang hidup bersama selama masa kehamilan menunjukkan tingkat oksitosin yang hampir sama dalam darah mereka. Hal ini berbeda dengan pasangan yang tidak memiliki anak bersama, di mana kesamaan kadar hormon ini dipercaya membantu calon orang tua membangun kedekatan dan dukungan timbal balik, atau 'tim parenting' yang siap menghadapi tantangan besar dari kehadiran bayi baru.

Studi pun mengungkap adanya perubahan kepribadian pada pasangan selama masa ini. Keduanya menjadi lebih sinkron, sehingga lebih mudah berempati satu sama lain. Selain itu, calon ayah cenderung menjadi kurang ekstrovert, yang membantunya lebih berfokus pada keluarga.

Selanjutnya, testosteron merupakan hormon yang bertanggung jawab atas karakteristik maskulin pada pria. Hormon ini dikeluarkan saat kehamilan dan berperan penting dalam pembentukan janin laki-laki. Testosteron memengaruhi pertumbuhan dan tingkah laku pria, serta mendorong mereka untuk mencari dan berkompetisi demi mendapatkan pasangan.

Akan tetapi, hormon ini dapat menimbulkan persoalan saat pria menjadi seorang ayah. Anak-anak serta pasangan mereka memerlukan curahan perhatian dan kasih sayang, bukan fokus mencari pasangan lain. Itulah sebabnya, menjelang kelahiran anak, kadar testosteron pada ayah dapat menurun hingga sepertiganya, sehingga meningkatkan keinginan untuk menjadi sosok orang tua yang baik.

Penurunan tersebut juga memfasilitasi para ayah untuk lebih berempati dan menyayangi anak-anaknya, serta memberikan respons terhadap tangisan mereka.

Di samping itu, terjadi transformasi pada otak Ayah, yaitu peningkatan substansi abu-abu dan putih di wilayah yang berhubungan dengan pengasuhan penuh cinta dan pengenalan bahaya, juga area yang berperan dalam penyelesaian masalah dan perancangan strategi.

Setelah dilahirkan, sentuhan kulit antara bayi dan kedua orang tuanya berperan penting dalam adaptasi bayi terhadap lingkungan baru di luar kandungan, serta merangsang produksi oksitosin yang memperkuat jalinan kasih sayang.

Pelepasan hormon selama kontak skin to skinHal ini menolong para ayah untuk tetap terhubung erat dengan bayi mereka di beberapa bulan pertama setelah lahir, sekaligus meredakan tingkat stres.

Akan tetapi, di masa-masa awal, perhatian bayi cenderung tertuju pada ibunya yang menyediakan nutrisi dan rasa aman. Hal ini bisa membuat Ayah merasa sedikit terpinggirkan, kesulitan membangun kedekatan emosional, dan belum sepenuhnya menghayati peran sebagai seorang Ayah.

Beberapa minggu awal mungkin terasa berat bagi seorang ayah karena ia banyak berkorban untuk bayi tanpa menerima banyak timbal balik. Akan tetapi, keadaan mulai membaik sekitar usia 3 bulan. Bayi mulai mengenali ayahnya dan memberikan respons berupa senyuman atau tawa kecil.

Di fase ini, hormon lain seperti beta-endorfin mulai aktif. Hormon ini bersifat adiktif alami dan memicu rasa hangat, intim, serta bahagia. Produksinya meningkat saat kita tertawa, bernyanyi, menari, dan terutama saat berinteraksi dalam permainan.

Bayi yang bereaksi terhadap ekspresi lucu dan suara-suara aneh yang dibuat oleh Ayahnya menandai dimulainya interaksi bermain di antara mereka. Pada usia enam bulan, akan ada banyak momen menyenangkan dan aktivitas bermain yang memicu pelepasan hormon kebahagiaan pada diri Ayah dan bayi. Dapat disimpulkan bahwa momen inilah yang menjadikan seorang pria benar-benar menjadi seorang Ayah, dan proses pembentukan ikatan yang kuat dan abadi dengan anak-anak mereka dimulai.

Sindrom couvade

Dikutip laman Pmc.ncbi, perubahan pada Ayah ketika istri hamil bisa disebabkan oleh sindrom couvade. Pada penelitian yang melibatkan 143 Ayah yang sedang mengharapkan anak pada kehamilan istri masuk trimester ketiga, ditemukan rata-rata mengalami gejala couvade.

 

Sindrom couvade ditandai dengan gejala gangguan pencernaan seperti perubahan selera makan, diare, dan muntah. Selain itu, calon ayah juga sering mengeluhkan rasa tidak nyaman dan kram pada kaki.

Gejalanya muncul pada trimester pertama atau ketiga kehamilan pasangan dan berhenti setelah kelahiran. Mereka juga menyebutkan tingginya tingkat kecemasan pada pria yang sedang mengharapkan anak telah terkonfirmasi melalui penelitian dengan gejala sindrom couvade.

Oleh karena itu, sindrom couvade merupakan representasi psikososomatis dari gejala kehamilan perempuan yang khas, namun dengan asal-usul fisiologis yang masih sedikit dieksplorasi.

Sindrom couvade sering dikaitkan dengan kemampuan pria untuk merasakan empati terhadap gejala kehamilan atau proses persalinan yang dialami oleh pasangan mereka. Berikut ini adalah perubahan fisik yang mungkin dialami oleh calon ayah selama masa kehamilan istrinya:

1. Mual dan muntah

Walaupun jarang terjadi, sebagian pria merasakan mual atau muntah serupa *morning sickness* yang dialami ibu hamil. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon tertentu selama masa kehamilan pasangan.

2. Perut kembung

Pria juga mungkin mengalami perut kembung ketika pasangannya mengandung. Kondisi ini dipicu oleh gangguan pencernaan gastrointestinal, yaitu kelainan yang memengaruhi sistem pencernaan dalam mengolah makanan di dalam tubuh.

3. Kenaikan berat badan

Ayah yang mengalami sindrom couvade cenderung mengalami kenaikan berat badan. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh perubahan pola makan atau kebiasaan makan yang tidak menentu selama masa kehamilan pasangannya.

4. Perubahan nafsu makan

Sama halnya dengan istri, Ayah juga mengalami perubahan nafsu makan saat mengalami sindrom couvade. 

Pilihan Redaksi
  • Kisah Fanny Kondoh 2 Kali Gagal Bayi Tabung hingga Tahu Hamil Setelah Suami Meninggal
  • Aaliyah Massaid Pamer Baby Bump di Trimester Kedua Kehamilan, Intip 5 Potretnya Bun
  • Cerita Danang DA Turuti Ngidam Istri Keluar Kota demi Beli Makanan Ini

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas Squad. Daftar klik diSINI. Gratis!

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar