Belajar Rahasia Awet Muda dari Axolotl, Salamander yang Berhenti Menua

medkomsubang - Pernahkah kamu membayangkan ada makhluk hidup yang bisa berhenti menua dan mampu menumbuhkan kembali anggota tubuhnya yang hilang? Bukan di film fiksi ilmiah, tapi benar-benar ada di dunia nyata. Mereka adalah Axolotl, si amfibi ajaib dari Meksiko yang bisa menjadi kunci masa depan ilmu kedokteran regeneratif dan terapi anti-penuaan.
Axolotl (dibaca: ak-so-lo-tl), atau dalam bahasa Nahuatl berarti "monster air", adalah jenis salamander yang tak pernah dewasa secara fisik. Mereka mempertahankan bentuk larvanya sepanjang hidup—fenomena biologis yang disebut neoteni. Dengan insang berbulu indah, sirip punggung yang menjuntai, dan ekspresi wajah yang tampak selalu tersenyum, mereka lebih terlihat seperti karakter animasi daripada makhluk nyata.
Tapi jangan tertipu oleh penampilannya yang menggemaskan. Di balik tubuh mungil berwarna merah muda pucat ini, tersimpan kemampuan regenerasi luar biasa: axolotl bisa menumbuhkan kembali kaki, ekor, mata, bahkan sebagian organ tubuhnya—berulang kali, seumur hidup!
Penemuan Mengejutkan: Axolotl Bisa “Berhenti Menua”
Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di bioRxiv (platform untuk pra-publikasi ilmiah), para ilmuwan menemukan bahwa axolotl tidak hanya awet muda secara visual—mereka juga berhenti menua secara biologis pada usia yang sangat muda, yaitu empat tahun!
Bagaimana caranya? Rahasia ini terungkap lewat studi tentang jam epigenetik, sebuah alat yang bisa memprediksi usia biologis makhluk hidup dengan mengukur perubahan kimia pada DNA, terutama melalui proses yang disebut metilasi DNA. Perubahan ini memengaruhi cara gen "dihidupkan" atau "dimatikan", tergantung pada pengalaman hidup seperti stres, pola makan, atau paparan lingkungan.
Steve Horvath, genetikus dari Altos Labs yang menciptakan jam epigenetik manusia pada tahun 2013, bekerja sama dengan Maximina Yun, ahli biologi dari Dresden University of Technology yang telah lama meneliti axolotl. Mereka membangun jam epigenetik khusus untuk axolotl dan menganalisis 180 ekor spesies tersebut dari berbagai usia—mulai dari 4 minggu hingga 21 tahun.
Hasilnya mengejutkan: setelah usia empat tahun, penanda biologis axolotl tidak berubah lagi. Seolah-olah tubuh mereka masuk dalam keadaan "pause", menghentikan proses penuaan. “Sangat mengejutkan sampai saya hampir tidak percaya,” ujar Horvath. “Menurut indikator epigenetik, axolotl tampaknya berhenti menua di usia empat tahun.”
Jam Biologis Ganda: Manusia vs Axolotl
Yang membuat studi ini makin menarik adalah pengembangan jam epigenetik ganda, yang bisa digunakan untuk membandingkan proses penuaan pada manusia dan axolotl dalam satu alat. Dengan pendekatan ini, para peneliti menemukan bahwa walaupun manusia dan axolotl menunjukkan pola penuaan yang serupa, axolotl secara misterius mampu menghentikan proses tersebut.
Salah satu penjelasan paling mungkin terletak pada kemampuan regeneratif mereka yang luar biasa. Dalam eksperimen lanjutan, jaringan pada tubuh axolotl yang telah tumbuh kembali ditemukan lebih muda secara epigenetik dibandingkan jaringan lain di tubuhnya. Artinya, saat axolotl menumbuhkan kembali kaki atau ekornya, jaringan baru tersebut benar-benar kembali ke “versi muda”-nya—mirip seperti me- restart organ!
“Kami pikir ini berkaitan dengan bentuk rejuvenasi epigenetik,” jelas Yun. Namun, ia menekankan bahwa hubungan ini masih perlu diteliti lebih dalam.
Peluang Besar untuk Dunia Medis
Temuan ini tentu bukan hanya menarik bagi ilmuwan yang ingin memahami penuaan, tetapi juga membuka pintu bagi pengembangan terapi regeneratif dan pengobatan luka yang lebih efektif.
Pada manusia, kemampuan untuk memperbaiki jaringan tubuh biasanya sangat terbatas dan menurun seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, axolotl tidak pernah kehilangan kemampuan ini sepanjang hidupnya. Jika para ilmuwan bisa memahami “trik” biologis di balik fenomena ini, bayangkan potensinya: luka yang lebih cepat sembuh, regenerasi anggota tubuh bagi amputan, hingga terapi anti-penuaan yang benar-benar bekerja.
Menurut Virginia Byers Kraus, profesor ortopedi dari Duke University yang tidak terlibat dalam studi ini, “Menentukan peristiwa biologis di sekitar usia empat tahun, saat axolotl berhenti menua, akan menjadi kunci untuk mereplikasi kemampuan regeneratif mereka pada manusia.”
Mengalahkan “Sel Zombie”
Fakta menarik lainnya: axolotl hampir tidak memiliki sel zombie—sel tua yang berhenti membelah tetapi tetap hidup dan menyebabkan peradangan dalam tubuh. Sel semacam ini adalah penyumbang utama berbagai penyakit terkait usia seperti kanker dan Alzheimer.
Dengan sedikitnya sel zombie dan kemampuan regenerasi sepanjang hidup, axolotl bisa menjadi model ideal untuk riset penuaan dan kesehatan jangka panjang.
Masa Depan: Apakah Manusia Bisa Ikut “Berhenti Menua”?
Pasar industri anti-penuaan saat ini bernilai sekitar 40 miliar dollar AS, dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 60 miliar dollar AS pada tahun 2032. Tak heran jika penelitian seperti ini dianggap sebagai langkah besar dalam upaya memahami dan mungkin suatu hari mengendalikan proses penuaan.
“Penelitian ini memberi kita harapan bahwa jika kita menemukan bagaimana axolotl bisa menghentikan jam biologisnya, mungkin suatu hari kita bisa mereplikasi ini pada makhluk lain,” kata Yun penuh optimisme.
Dari danau Xochimilco di Meksiko hingga laboratorium mutakhir di Eropa dan Amerika, axolotl telah menjelma dari makhluk mitologis lokal menjadi bintang riset global. Dengan kombinasi unik antara wajah menggemaskan dan kekuatan biologis super, mereka bukan hanya simbol keajaiban alam, tetapi juga harapan nyata bagi masa depan kesehatan dan umur panjang manusia.
Jika suatu hari kita bisa memperlambat, bahkan menghentikan proses penuaan atau meregenerasi organ rusak—barangkali kita harus berterima kasih pada sang “salamander abadi” itu.
Posting Komentar