Menteri Suriah dan Israel Gelar Pertemuan di Baku Hari Ini

, Jakarta - Pertemuan tingkat menteri Suriah-Israel dijadwalkan berlangsung pada Kamis 31 Juli 2025 di Baku, Azerbaijan untuk membahas masalah keamanan di Suriah selatan, kata seorang diplomat seperti dilansir Arab News pada Rabu.
Pertemuan antara Menteri Luar Negeri Suriah Asaad Al-Shaibani dan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer menyusul pertemuan serupa antara kedua menteri di Paris pekan lalu.
Dilansir Ynet News, pertemuan tersebut akan dihadiri oleh Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dan Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi, yang tiba di ibu kota Azerbaijan langsung dari Washington, tempat mereka berpartisipasi dalam pembicaraan koordinasi tingkat tinggi dengan para pejabat Amerika Serikat mengenai berbagai isu termasuk Suriah.
“ Pertemuan di Baku akan berfokus pada situasi keamanan, khususnya di Suriah selatan. Sementara pertemuan di Paris terutama berfokus pada perkembangan keamanan terkini dan upaya untuk menahan eskalasi di Suriah selatan," menurut televisi pemerintah Suriah.
Menurut utusan AS Tom Barrack, yang memfasilitasi pertemuan Paris, tujuannya adalah untuk memulai dialog dan meredakan ketegangan. "Itulah yang kami capai," ujar Barrack, seraya menambahkan bahwa semua pihak menegaskan kembali komitmen mereka untuk melanjutkan proses tersebut.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berpusat di Inggris melaporkan bahwa perjanjian yang diusulkan yang sedang dibahas mencakup beberapa ketentuan: mentransfer pengawasan provinsi Sweida atau Suwayda yang mayoritas penduduknya Druze ke AS, penarikan pasukan pemerintah dan suku Suriah di luar desa-desa Druze dan pembentukan dewan Druze lokal untuk menyediakan layanan sipil.
Selain itu, perjanjian tersebut dilaporkan menyerukan pembentukan komite verifikasi untuk melaporkan pelanggaran kepada AS, pelucutan senjata provinsi Quneitra dan Daraa di dekat perbatasan Israel, dan pembentukan komite keamanan lokal yang terdiri dari penduduk setempat, dengan pembatasan senjata berat dan pasukan yang berafiliasi dengan pemerintah Suriah yang memasuki Sweida.
Namun, badan-badan PBB akan diberikan akses.
Pertemuan ini terjadi setelah bentrokan mematikan di provinsi Sweida, Suriah selatan yang mayoritas penduduknya beragama Druze dan menewaskan ratusan orang.
Bentrokan awalnya melibatkan pejuang Druze lokal melawan suku Badui, tetapi segera melibatkan pasukan pemerintah Suriah dan Israel, yang menyatakan keinginannya untuk melindungi Druze.
Israel menyerang istana kepresidenan Suriah dan markas besar militer di Damaskus.
Amerika Serikat, sekutu Israel yang juga menyatakan dukungannya kepada otoritas Suriah, mengumumkan gencatan senjata antara kedua belah pihak pada 18 Juli.
Sebelum kekerasan di Sweida, para pejabat Suriah dan Israel telah bertemu di Baku pada 12 Juli.
Pertemuan ini akan berlangsung setelah kunjungan Shaibani yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Moskow pada Kamis, tambah diplomat tersebut, yang meminta anonimitas karena sensitivitas masalah tersebut.
Rusia adalah pendukung utama mantan Presiden Bashar Assad, yang digulingkan pada Desember.
Israel dan Suriah secara teknis telah berperang sejak 1948.
Pangkalan Rusia di Suriah
Israel telah menduduki Dataran Tinggi Golan Suriah sejak 1967, dan mencaploknya pada 1981, sebuah langkah yang tidak diakui oleh komunitas internasional.
Kedua negara menandatangani perjanjian pelepasan diri setahun setelah perang 1973, yang menetapkan zona penyangga antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki dengan patroli PBB.
Sejak jatuhnya Assad, Israel telah mengerahkan pasukannya ke zona penyangga tersebut dan telah melancarkan ratusan serangan terhadap Suriah.
Damaskus mengakui telah mengadakan perundingan tidak langsung dengan Israel untuk mengurangi eskalasi.
Diplomat tersebut mengatakan Shaibani akan berangkat pada Kamis ke ibu kota Rusia, tempat Assad mencari perlindungan, dan akan bertemu dengan para pejabat Rusia untuk membahas beberapa isu, termasuk pangkalan militer Rusia di Suriah, untuk merundingkan "persyaratan keberlanjutan keberadaan dan hak operasi pangkalan tersebut."
Moskow ingin mempertahankan pangkalan angkatan lautnya di Tartus dan pangkalan udaranya di Hmeimim.
Rusia melakukan intervensi dalam perang saudara Suriah di pihak Assad pada 2015. Ia mendukung pemerintah secara militer dan melancarkan serangan udara yang tak terhitung jumlahnya di wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak Sunni hingga Al Qaeda dukungan negara Arab.
Pemerintah baru di Damaskus tidak memutuskan hubungan dengan Rusia setelah mengambil alih kekuasaan. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov bertemu dengan Presiden sementara Suriah Ahmed Al-Sharaa di Damaskus pada Januari.
Menurut diplomat tersebut, kunjungan Shaibani ke Moskow juga akan mencakup pembicaraan tentang "mendukung kerja sama bilateral dan merevitalisasi hubungan diplomatik dan keamanan" antara kedua negara, serta membahas "langkah-langkah terkait keamanan dalam negeri dan pejuang asing."
Posting Komentar