SODIRIN Teman Dekat Arya Daru Menilai Janggal Kematian Korban,Beberkan Keseharian Diplomat Muda

Sodirin, teman dekat almarhum Arya daru diplomat muda yang ditemukan tewas di kosannya di menteng, Jakarta Pusat mengungkapkan kebiasaan korban.
Sodirin yang pernah bertemu dan ngobrol dengan Arya Daru , mengungkapkan bagaimana kebiasaan korban.
Termasuk ketika mereka pernah bekerja bersama selama tiga tahun. Sodirin tak menyangka jika kemudian Arya Daru ditemukan tewas dengan kondisi yang mengenaskan itu.
Menurut Sodirin, sosok Arya Daru adalah pendiam. Tak banyak omong dan lebih sering melakukan pekerjaannya.
Bag Arya Daru, kerja, kerja dan kerja saja. Karena itu ia menilai jika janggal kematian Arya Daru
Ya, terbaru teman dekat diplomat Arya Daru Pangayunan, Sodirin, mengungkap kebiasaan almarhum saat bekerja.
Sodirin merupakan teman Arya Daru saat bekerja bekerja di KBRI Yangoong, Myanmar.
Saat itu Arya Daru belum menjadi diplomat, dan bekerja sebagai lokal staff.
Baru setelah itu Arya Daru mendaftar jadi CPNS hingga akhirnya jadi diplomat di Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
Sodirin saat itu bekerja dengan Arya Daru sekitar tiga tahun.
Ia pun kaget saat mendapat kabar kalau teman dekatnya saat bekerja di Myanmar itu tewas dengan kepala dililit lakban di kamar kosnya.
Menurut Sodirin, Arya Daru adalah sosok yang baik selama tiga tahun hampir setiap hari bertemu.
"Orangnya baik, pendiam, tidak neko-neko," kata Sodirin dikutip dari Youtube SINDOnews, Kamis (17/7/2025).
Sodirin pun menilai ada yang janggal dari kematian Arya Daru.
Ia tak percaya kalau teman dekatnya itu sengaja mengakhiri hidup.
"Kalau bunuh diri saya gak percaya, karena orangnya baik, tidak minum alkohol, tidak yang lain-lain, tidak punya riwayat yang buruk. Kerja, kerja, kerja, saja," tuturnya.
Saat bekerja di Myanmar, kata dia, Arya Daru membantu di bidang politik.
"Resiko sepertinya tidak ada, karena hanya mencari berita. Waktu itu posisi masih staff lokal, belum jadi diplomat," kata dia.
Sodirin mengaku pernah disambangi oleh Arya Daru dan istrinya sebelas tahun lalu.
"Pernah tahun 2014 almarhum dan istri datang ke kampung saya di Wonosobo, ngobrol santai, tidak ada yang serius," katanya.
Setelah itu mereka sempat bertemu lagi di tahun 2015 dan jadi pertemuan terakhirnya dengan almarhum.
"Ketemu almarhum terakhir tahun 2015 pas saya nikah, bulan April," tambah dia.
Sodirin mengungkap, dirinya sangat jarang bertemu dengan Arya Daru setelah almarhum jadi diplomat.
"Komunikasi jadi sangat jarang setelah almarhum sejak jadi diplomat. Terakhir ngabarin waktu di Argentina, sebelumnya di Timor Leste," ucap Sodirin lagi.
Menurut Sodirin, saat mereka bekerja di Myanmar belum banyak kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) seperti sekarang ini.
"Waktu saat saya di sana masih orang terbatas punya HP Android, HP pun sangat mahal simcardnya. Jadi belum ada isu TPPO," katanya.
Ia juga menjelaskan kalau Arya Daru merupakan sosok yang gigih dalam bekerja.
"Orangnya gigih, semangat bekerja mengumpulkan berita dari beberapa sumber," ujarnya.
Berdasarkan obrolan dengan teman-temannya di grup Komunitas Indonesia-Myanmar (KIM), mereka curiga Arya Daru dibunuh.
"Temen-temen pada curiga bukan bunuh diri, curiganya ada orang yang melakukan kejahatan," katanya.
"Curiga karena melakban sendiri, karena Mas Daru orangnya baik dan pendiam," tambah Sodirin.
Soal dugaan adanya fetish yang dimiliki Arya Daru, Sodirin pun membantahnya.
"Sepengetahuan saya waktu di Myanmar, tidak ada yang punya kelainan apapun, orangnya sehat," jelas dia.
Ia berharap kasus kematian Arya Daru bisa segera terungkap.
"Saya ikut berduka cita yang mendalam, semoga almarhum diterima di sisi Allah SWT, semoga segera terungkap kematian yang janggal," pungkasnya.
Kapolri Buka Suara
Penyebab kematian diplomat Arya Daru atau ADP ( 39) belum juga terungkap. Padahal ada sejumlah bukti termasuk CCTV yang bisa dijadikan cantolan penyelidikan.
Namun, sampai kini kepolisian belum juga mengeluarkan statemen pasti soal penyebab kematian ADP di kosan di Menteng Jakarta Pusat.
Kejanggaln-kejanggalan hanya diuraikan oleh publik lewat media sosial. Namun, kepolisian tak kunjung memberikan kabar perkembangan kematian ADP.
Terkait dengan lambanya proses penyelidikan, Kapolri akhirnya buka suara. Ya, Kapolri memberkan fakta dan kendala yang dihadapi
Terbaru dalam pernayatannya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan alasan polisi memerlukan waktu dalam mengungkap kematian ADP (39), diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang ditemukan tewas di rumah indekos di Menteng, Jakarta Pusat.
Salah satunya karena masih menunggu hasil pemeriksaan dari tim forensik.
“Yang jelas pemeriksaan-pemeriksaan saat ini terus dilakukan sambil menunggu hasil dari pemeriksaan oleh kedokteran forensik, kemudian juga laboratorium forensik,” ujar Listyo kepada wartawan di Lapangan Tembak Mako Brimob, Kamis (17/7/2025).
Hasil pemeriksaan dari dokter forensik itu akan dipergunakan sebagai bahan penyelidikan sebelum mencapai kesimpulan perkara.
Oleh karena itu, Listyo membantah adanya kendala yang dihadapi penyidik dalam menangani tewasnya diplomat Kemlu ini.
“Lebih pada posisi kami ingin lebih cermat (atas perkara ini),” kata Listyo.
“Kami ingin menunggu seluruh hasil tuntas, sehingga kemudian ini semuanya bisa dipadukan untuk kemudian bisa dipertanggungjawabkan ke publik,” tambahnya.
Nantinya, pengungkapan penyebab kematian ADP juga akan mengklasifikasikan peristiwa tersebut sebagai tindak pidana atau bukan.
“Apakah peristiwa pidana ataukah peristiwa yang lain, jadi ditunggu saja karena memang prosesnya harus seperti itu,” lanjut dia.
Sebelumnya, diplomat Kementerian Luar Negeri berinisial ADP (39) ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).
Ketika pertama kali ditemukan, ADP dalam posisi tergeletak di atas kasur. Kepala korban tampak terlilit lakban kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut berwarna biru.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, serta pakaian yang dikenakan korban saat ditemukan tak bernyawa.
Selain itu, ditemukan pula sejumlah obat-obatan ringan di dalam kamar, seperti obat sakit kepala dan obat lambung.
Namun, belum ada indikasi keterkaitan antara obat-obatan tersebut dengan penyebab kematian korban.
Polisi juga menemukan sidik jari ADP pada permukaan lakban yang melilit kepalanya. Meski demikian, penyidik belum dapat memastikan apakah lakban tersebut dipasang sendiri oleh korban atau melibatkan pihak lain.
Diketahui, komunikasi terakhir antara ADP dan istrinya terjadi pada Senin (7/7/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.
Sang istri sempat kembali menghubungi ADP keesokan paginya, tepatnya pukul 05.00 WIB, namun tak mendapat respons hingga pukul 07.00–08.00 WIB.
Karena tak kunjung mendapat kabar, istri ADP lalu meminta bantuan penjaga kos untuk memeriksa kondisi suaminya.
Penjaga kos pun mencoba mencari tahu dengan mendatangi kamar ADP. Karena tak ada respons dari dalam, penjaga akhirnya membuka paksa jendela kamar yang kemudian diketahui mengalami kerusakan akibat dicongkel.
Berdasarkan rekaman CCTV, tampak penjaga kos bersama seorang pria lainnya berupaya membuka paksa jendela dan pintu kamar, yang saat itu terkunci dari dalam.
Polisi menyatakan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, dan tidak ada barang milik ADP yang hilang.
ADP diketahui merupakan warga asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Korban tinggal seorang diri di kamar kos tersebut. Sedangkan, istrinya berada di Yogyakarta.(*)
Posting Komentar