News Breaking
MEDKOM LIVE
wb_sunny

Breaking News

Mengapa Kita Menunda Pekerjaan? Begini Psikologi Procrastination yang Perlu Dipahami

Mengapa Kita Menunda Pekerjaan? Begini Psikologi Procrastination yang Perlu Dipahami

– Menunda pekerjaan atau yang dikenal dengan istilah procrastination merupakan fenomena yang sering dialami banyak orang, baik pelajar, mahasiswa, maupun pekerja profesional. Kebiasaan ini bukan hanya sekadar “malas” atau kurang disiplin, melainkan erat kaitannya dengan faktor psikologis yang lebih kompleks.

Menurut Halodoc, procrastination didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menunda tugas atau pekerjaan yang seharusnya bisa segera diselesaikan, meskipun tahu bahwa penundaan tersebut dapat menimbulkan konsekuensi negatif.

Fenomena ini semakin marak terutama di era digital, di mana distraksi dari media sosial dan gawai sangat mudah mengalihkan perhatian.

Mengapa Prokrastinasi Terjadi?

Pertanyaan “mengapa” kita menunda pekerjaan menjadi inti dari fenomena ini. Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor penyebab, antara lain: rasa takut gagal, perfeksionisme, kecemasan, hingga kurangnya keterampilan manajemen waktu.

Perfeksionisme misalnya, justru bisa membuat seseorang menunda pekerjaan karena ingin hasil sempurna, sehingga enggan memulai sebelum semua kondisi terasa ideal. Sementara itu, kecemasan dapat membuat seseorang menghindari tugas karena dianggap terlalu sulit atau membebani.

Artikel Hello Sehat menambahkan bahwa prokrastinasi juga berkaitan dengan mekanisme otak. Ketika menghadapi tugas yang terasa berat, otak lebih memilih aktivitas yang memberi kepuasan instan seperti menonton video, bermain gim, atau berselancar di media sosial. Hal ini membuat seseorang merasa nyaman sesaat, meski pada akhirnya tugas tetap menumpuk.

Dampak Prokrastinasi

Fenomena ini tidak bisa dianggap remeh. The Conversation menulis bahwa prokrastinasi berdampak luas pada kehidupan individu, mulai dari penurunan performa akademik, produktivitas kerja, hingga kesehatan mental. Kebiasaan menunda pekerjaan yang berulang bisa memicu stres kronis, rasa bersalah, bahkan depresi ringan.

Riset yang dipublikasikan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health juga menemukan bahwa mahasiswa yang sering melakukan prokrastinasi cenderung mengalami kualitas tidur yang buruk dan tingkat kecemasan lebih tinggi. Hal ini menunjukkan adanya hubungan erat antara kebiasaan menunda dengan kesejahteraan psikologis.

Bagaimana Mengatasinya?

Lalu bagaimana cara mengatasi kebiasaan menunda pekerjaan? Psikolog merekomendasikan beberapa strategi. Pertama, membagi pekerjaan besar menjadi tugas-tugas kecil agar terasa lebih ringan. Kedua, menetapkan prioritas dengan teknik seperti to-do list atau metode Pomodoro.

Selain itu, menurut Himanika UB (2021), penting bagi individu untuk mengenali pola pikirnya sendiri. Banyak orang menunda pekerjaan karena merasa tidak cukup mampu, padahal sebenarnya hambatan utama ada pada rasa takut dan pikiran negatif. Dengan mengubah mindset menjadi lebih realistis dan menerima bahwa “cukup baik” lebih baik daripada “tidak pernah selesai”, seseorang bisa lebih mudah memulai pekerjaan.

Tidak kalah penting, mengurangi distraksi digital juga sangat membantu. Menetapkan waktu khusus tanpa gawai, mengatur notifikasi, atau membuat ruang kerja yang kondusif dapat mengurangi godaan untuk menunda.

Mengapa Hal Ini Relevan Saat Ini?

Fenomena prokrastinasi semakin relevan di tengah meningkatnya tekanan akademik dan dunia kerja yang kompetitif. Generasi muda, khususnya Gen Z, sering kali menghadapi ekspektasi tinggi, baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Kondisi ini membuat mereka lebih rentan menunda pekerjaan sebagai bentuk coping mechanism terhadap tekanan yang dialami.

Meski demikian, penting disadari bahwa prokrastinasi tidak selalu muncul karena kemalasan semata, melainkan bisa menjadi sinyal adanya masalah psikologis yang lebih dalam. Misalnya, beban emosional, tekanan sosial, hingga pengalaman traumatis yang tidak terselesaikan dapat berkontribusi pada kecenderungan menunda pekerjaan. Karena itu, langkah paling efektif bukan sekadar melawan rasa malas, tetapi juga berani mencari bantuan profesional bila kebiasaan ini mulai mengganggu aktivitas sehari-hari. Dengan memahami bahwa prokrastinasi adalah fenomena psikologis yang kompleks, masyarakat diharapkan lebih mampu berempati, baik pada diri sendiri maupun orang lain yang mengalaminya.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar