Tragedi Kokpit: Anak di Kemudi, Maut di Udara.

Kecelakaan pesawat Aeroflot 593 menjadi salah satu tragedi penerbangan yang mengguncang Rusia dan dunia. Pesawat dengan rute Moskow menuju Hong Kong tersebut jatuh pada 23 Maret 1994, merenggut nyawa seluruh penumpangnya yang berjumlah 63 orang dan 12 awak kabin. Ironisnya, penyebab kecelakaan ini berawal dari tindakan yang tampak sepele, namun berujung fatal.
Kronologi Kejadian
Pesawat Aeroflot 593 lepas landas dari Bandara Sheremetyevo Moskow pada 22 Maret 1994 pukul 16.39 waktu setempat, dengan tujuan Bandara Internasional Kai Tak Hong Kong. Penerbangan ini menggunakan pesawat Airbus A310-300 yang diperkirakan akan menempuh perjalanan selama sembilan jam. Di dalam pesawat terdapat 75 orang, terdiri dari 63 penumpang dan 12 awak. Sebagian besar penumpang, yaitu 40 orang, adalah warga negara Rusia, sementara sisanya merupakan pelancong bisnis dari Taiwan dan Hong Kong.
Pesawat diawaki oleh Kapten Andrey Viktorovich (40 tahun), Kopilot Igor Vasilyevich Piskaryov (33 tahun), dan pilot pengganti Yaroslav Vladimirovich Kudrinsky, seorang pilot berpengalaman dengan total jam terbang 8.940 jam, termasuk 907 jam di pesawat Airbus A310.
Kesalahan Fatal di Kokpit
Ketika pesawat mencapai ketinggian 33.000 kaki (10.100 meter), Kapten pengganti Kudrinsky mengambil alih kemudi pesawat. Di sinilah serangkaian kejadian fatal dimulai. Kudrinsky membawa kedua anaknya, Eldar (16 tahun) dan Yana (12 tahun), masuk ke dalam kokpit, sebuah tindakan yang jelas melanggar aturan penerbangan.
Kudrinsky kemudian mengizinkan kedua anaknya duduk di kursi pilot dan memegang kendali pesawat saat mode autopilot aktif. Ia mencoba menghibur mereka dengan berpura-pura seolah-olah mereka sedang menerbangkan pesawat. Awalnya, Yana diberi kesempatan memegang kendali, dan Kudrinsky mencoba membelokkan pesawat saat ia memegang kendali, namun autopilot tetap aktif dan mengoreksi arah pesawat.
Hilangnya Kendali
Kemudian, giliran Eldar memegang kendali. Tanpa disadari, Eldar memberikan tekanan yang jauh lebih besar pada kolom kendali. Tekanan ini menyebabkan autopilot pada aileron (sayap kemudi) pesawat terlepas, sehingga Eldar hanya memegang sebagian kendali pesawat.
Akibatnya, pesawat mulai miring ke kanan. Para pilot terlambat menyadari perubahan ini. Data radar menunjukkan pesawat berbelok 180 derajat dengan sudut kemiringan yang terus meningkat, melewati 45 derajat hingga mendekati 90 derajat.
Dengan autopilot yang terlepas dari kendali aileron, pesawat mencoba mengimbangi dengan menaikkan kemiringan dan meningkatkan daya dorong. Situasi ini menyebabkan pesawat mengalami stall, yaitu kondisi ketika kecepatan pesawat terlalu rendah dan sudut serang ( angle of attack) terlalu tinggi.
Upaya Penyelamatan yang Gagal
Awalnya, pilot Aeroflot 593 berhasil menarik pesawat keluar dari kondisi stall. Namun, kopilot secara tidak sengaja melakukan kompensasi berlebihan, yang justru membuat pesawat kembali mengalami stall. Pada saat itu, pesawat berada pada sudut yang sangat curam, menyebabkan pesawat berputar tak terkendali.
Pilot kembali mencoba mengendalikan pesawat dan sempat berhasil, tetapi pesawat telah kehilangan ketinggian terlalu banyak.
Tragedi di Pegunungan
Akhirnya, pesawat Aeroflot 593 jatuh di pegunungan Kuznetsk Alatau di Oblast Kemerovo. Tidak ada satu pun dari 75 orang di dalam pesawat yang selamat.
Kesimpulan
Kecelakaan Aeroflot 593 menjadi pengingat tragis tentang pentingnya kepatuhan terhadap aturan penerbangan dan bahaya mengabaikan prosedur keselamatan. Tindakan ceroboh dan pelanggaran protokol di kokpit dapat berakibat fatal, bahkan dengan teknologi autopilot yang canggih sekalipun. Tragedi ini juga menyoroti pentingnya pelatihan dan kesadaran situasional bagi pilot dalam menghadapi situasi darurat.
Posting Komentar