News Breaking
MEDKOM LIVE
wb_sunny

Breaking News

Dino Patti Djalal: Politik Luar Negeri Jokowi, Blunder Ukraina?

Dino Patti Djalal: Politik Luar Negeri Jokowi, Blunder Ukraina?

, JAKARTA -Setelah Joko Widodo alias Jokowi tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI ke-7, masyarakat mulai menyadari banyak hal.

Lantaran semakin banyak orang yang tak gentar mengungkap perilaku buruknya.

Baru-baru ini, Dino Patti Djalal, yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) pada masa pemerintahan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), akhirnya menyampaikan keluh kesahnya yang telah lama ia tahan.

Dino, yang dulunya seorang diplomat, mempunyai koneksi internasional yang ekstensif dan terpercaya.

Oleh karena alasan tersebut, Dino memahami betul bagaimana arah kebijakan politik luar negeri yang diambil Jokowi selama dua masa kepemimpinannya.

Rupanya, Jokowi termasuk dalam daftar Presiden RI yang kurang berminat untuk berpartisipasi dalam kegiatan para pemimpin dunia melalui berbagai forum atau organisasi.

Mungkin karena kurang mahir berbahasa Inggris, atau ada masalah lainnya.

Dino menegaskan bahwa Jokowi kerap kali mewakilkan acara-acara penting tersebut kepada para menteri atau Wakil Presiden, terutama saat Jusuf Kalla masih menjabat.

Pernyataan ini disampaikan oleh Dino dalam sebuah video di kanal YouTube Total Politik pada hari Rabu, 24 September 2025, sebagaimana dilansir oleh Tribunnews.com.

Kata Dino, Jokowi tidak begitu berminat pada urusan politik internasional sebagai seorang presiden.

Dino menyatakan bahwa tanda-tanda tersebut sudah tampak sejak awal Jokowi menjabat sebagai Presiden RI pada tahun 2014.

Sebagai contoh, misalnya saat Jokowi tidak bersedia datang ke forum G20 dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC.

Menurut Dino, Jokowi juga tidak menunjukkan minat untuk bertemu dengan negara-negara anggota ASEAN.

Jokowi, lanjut Dino, berpendapat bahwa pertemuan-pertemuan serupa tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi masyarakat.

Saya masih ingat betul saat beliau baru dilantik menjadi Presiden dan diminta menghadiri G20 dan KTT APEC, sungguh sulit karena beliau kurang berminat.

"Bahkan ASEAN pun, banyak cerita-cerita diplomat, beliau sempat bilang ini apa sih perkumpulan hanya ngomong-ngomong aja," katanya.

Keengganan Jokowi untuk hadir dalam pertemuan internasional semakin terlihat ketika dirinya juga enggan untuk mengikuti Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Jokowi memang tidak pernah menghadiri langsung Sidang Umum PBB selama dua periode menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Dia selalu memerintakan Menteri Luar Negeri (Menlu) ataupun Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), untuk menghadirinya.

Dino juga pernah mendengar cerita dari Jusuf Kalla yang mengeluhkan padatnya jadwal acara di PBB kepada Jokowi.

Dino berpendapat bahwa alasan lain mengapa Jokowi tidak bersedia menghadiri Sidang Umum PBB adalah karena hal tersebut.

"Pernah ada cerita, beliau nanya ke pak JK, Pak JK waktu itu sedang di New York 'pak saya hari ini 5-10 meeting, sibuk. Pak Jokowi lalu bilang 'ya karena itulah saya nggak mau ke sana'. Nah jadi interest-nya emang nggak ada," tuturnya.

Selanjutnya, mantan juru bicara SBY tersebut juga menyebut bahwa kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia saat konflik kedua negara tersebut terjadi hanya untuk pencitraan di dalam negeri.

Jokowi memang pernah pergi ke Ukraina dan bertemu Presiden Volodymyr Zelenskyy pada 29 Juni 2022 lalu.

Dikutip dari laman Presiden RI, Jokowi menyebut bahwa kunjungan ke Ukraina adalah wujud kepedulian masyarakat Indonesia untuk Ukraina.

Sehari setelahnya, Jokowi pun sempat bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Moskow dan mengatakan siap menjembatani agar kedua negara berdamai.

"Saat konflik Rusia-Ukraina berlangsung, ia mengunjungi Ukraina dan Rusia. Saya dan kita semua merasa senang dengan hal itu," ungkapnya.

Namun, sungguh disayangkan bagi para pendukung Jokowi, tampaknya hal ini lebih ditujukan untuk kepentingan internal daripada menyelesaikan permasalahan yang ada. Jika kita benar-benar ingin membantu, maka bantulah dengan sungguh-sungguh, ujar Dino.

Dino kemudian membandingkan gaya kepemimpinan Jokowi dengan SBY, dengan menyatakan bahwa mantan pemimpinnya itu mampu menjaga keseimbangan antara penanganan masalah domestik dan internasional.

"Beliau ini, Pak SBY, berhasil menata politik, ekonomi, demokrasi, dan reformasi dalam negeri dengan baik. Namun, yang perlu dicatat, kiprahnya di dunia internasional juga sangat aktif dan berpengaruh," jelasnya.

Ia juga mengharapkan Presiden Prabowo Subianto dapat mengikuti gaya kepemimpinan yang pernah diterapkan oleh SBY.

"Menurut saya, mulai saat ini, Bapak Prabowo perlu memikirkan cara untuk menjadi Presiden yang sukses secara politik dan ekonomi di dalam negeri, serta memberikan dampak positif di kancah internasional. Hal ini sangatlah sulit," simpulnya.

Baca informasi lainnya di Google News.

Ikuti saluran di WhatsApp:https://www.whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar