News Breaking
MEDKOM LIVE
wb_sunny

Breaking News

FIGC: Boikot Israel, Italia Rugi di Kualifikasi!

FIGC: Boikot Israel, Italia Rugi di Kualifikasi!

  • Italia menampik seruan untuk memboikot pertandingan melawan Israel.
  • Khawatir mendapat sanksi karena kalah dan gagal lolos ke Piala Dunia.
  • Gravina: Para politisi yang memegang tanggung jawab.

APA YANG TERJADI?

Di tengah sorotan publik yang semakin kuat dan gelombang pemogokan di Italia akibat konflik di Gaza, Gabriele Gravina, selaku presiden FIGC, dengan tegas menampik desakan untuk memboikot laga kualifikasi Piala Dunia 2026 kontra Israel. Menurutnya, langkah tersebut akan menjadi "kesalahan besar".

Gravina menegaskan bahwa dampak dari aksi boikot sangat nyata dan merugikan. Sesuai peraturan, Italia akan langsung dianggap kalah dalam laga tersebut. Sanksi ini dapat mengancam secara signifikan harapan timnas Italia untuk berpartisipasi di babak utama Piala Dunia.

Ironisnya, Gravina berpendapat bahwa boikot tersebut malah akan menjadi keuntungan bagi rival mereka. Kemenangan cuma-cuma yang didapatkan Israel akan memperkokoh posisi mereka di klasemen grup kualifikasi, sekaligus memperkecil kesempatan Italia untuk lolos.

GAMBARAN BESAR

Pernyataan Gravina terlontar di tengah situasi sosial-politik yang sedang bergejolak di Italia. Serikat pekerja mengadakan aksi mogok nasional sebagai bentuk protes terhadap blokade di Gaza, yang mengakibatkan terganggunya pelayanan publik. Aksi ini menimbulkan desakan kuat agar lembaga-lembaga di Italia, termasuk dunia sepak bola, menunjukkan posisinya.

Seruan boikot di Italia ini adalah representasi dari gerakan yang berskala global. Saat ini, banyak pihak yang mendorong FIFA dan UEFA untuk memberikan sanksi pembekuan kepada Israel, mirip dengan sanksi keras yang diterima Rusia setelah invasi ke Ukraina pada tahun 2022.

Dari sudut pandang olahraga, laga yang akan digelar pada 14 Oktober di Udine ini sangat penting. Italia dan Israel kini sedang bersaing sengit di Grup I babak kualifikasi, keduanya menduduki peringkat kedua di bawah Norwegia. Hasil pertandingan ini akan menjadi penentu utama bagi peluang kedua tim untuk lolos ke Piala Dunia.

APA YANG DIAKTAKAN?

Gravina dengan keras menentang ide boikot, menyoroti konsekuensi nyata bagi tim nasional Italia. "Menurutnya, adalah kekeliruan besar jika kita beranggapan bisa melakukan boikot terhadap pertandingan melawan Israel."

Ia kemudian merinci konsekuensi yang tak terhindarkan dari tindakan tersebut. "Kita akan dihukum kalah, yang berarti kita akan gagal lolos ke Piala Dunia, dan hasilnya hanya akan menguntungkan Israel, yang secara teori bisa diuntungkan dalam jalur kualifikasi mereka ke turnamen tersebut."

Gravina juga berupaya memisahkan urusan olahraga dari politik, menyatakan bahwa tanggung jawab ada di level yang lebih tinggi. "Ada tanggung jawab politik, yang tentunya tidak bisa dibebankan kepada dunia olahraga... tanggung jawab tidak boleh ada pada Federasi, melainkan pada mereka yang posisinya lebih tinggi dari kita."

Walaupun begitu, ia masih memperlihatkan rasa empatinya terhadap bencana yang sedang berlangsung. "Sebagai manusia biasa, saya sangat jijik dengan segala yang kita lihat. Tidak mungkin ada orang yang tidak tersentuh oleh penderitaan dan rasa sakit ini."

TAHUKAH ANDA?

Pertandingan Italia melawan Israel ini lebih dari sekadar pertandingan biasa; ini adalah pertarungan langsung antara dua tim dengan poin yang sama, yang keduanya berjuang untuk mengamankan posisi runner-up di grup kualifikasi. Kalah, baik karena hasil di lapangan atau akibat hukuman, dapat menghancurkan harapan mereka untuk tampil di Piala Dunia.

Italia menyimpan luka batin yang mendalam seputar babak kualifikasi Piala Dunia. Usai meraih gelar juara dunia di tahun 2006,AzzurriItalia secara tak terduga absen dalam dua gelaran Piala Dunia terakhir, yakni edisi 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar. Pengalaman pahit ini membuat FIGC sangat waspada untuk menghindari terulangnya kejadian serupa.

1. Dalam laga kualifikasi pertama antara kedua tim yang dihelat pada 8 September di Hongaria (sebagai tempat netral), Italia dipaksa bekerja ekstra keras demi mengamankan kemenangan. Skor akhir 5-4 mengindikasikan bahwa kedua tim memiliki kekuatan yang setara. 2. Saat kedua tim bertemu pertama kali dalam babak kualifikasi yang berlangsung 8 September di Hongaria (sebagai lokasi yang netral), Italia harus bersusah payah untuk menang. Pertandingan yang berakhir dengan skor 5-4 tersebut memperlihatkan keseimbangan kekuatan di antara keduanya. 3. Pertemuan perdana kedua tim dalam kualifikasi ini, yang dilaksanakan pada 8 September di Hongaria (sebagai tempat yang netral), memaksa Italia untuk berjuang sekuat tenaga demi meraih kemenangan. Hasil akhir 5-4 menggambarkan betapa seimbangnya kekuatan kedua tim.

BERIKUTNYA?

Tahap paling mendesak adalah menyelenggarakan pertandingan kualifikasi tersebut. Berdasarkan jadwal dan pengumuman resmi dari FIGC, pertandingan antara Italia melawan Israel akan tetap dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober di Udine, meskipun ada ajakan untuk memboikot dan demonstrasi yang berlangsung.

Walaupun FIGC sudah menentukan posisinya, desakan dari masyarakat dan kelompok aktivis diperkirakan akan terus menguat. Ada kemungkinan besar akan terjadi unjuk rasa atau aksi protes di sekitar stadion saat pertandingan berlangsung, sehingga isu ini akan terus menjadi perhatian utama media.

Keputusan final mengenai pemberian sanksi berupa skorsing kepada negara anggota berada di bawah wewenang organisasi sepak bola global dan Eropa. Desakan kepada FIFA dan UEFA untuk menindak Israel diperkirakan akan semakin besar, dan keputusan yang mereka ambil kelak akan sangat menentukan bagaimana Israel dapat berpartisipasi di level internasional.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar