News Breaking
MEDKOM LIVE
wb_sunny

Breaking News

Pengusaha Waswas, Sengkarut Udang Radioaktif Ancam Ekspor RI ke AS

Pengusaha Waswas, Sengkarut Udang Radioaktif Ancam Ekspor RI ke AS

Pengusaha Waswas, Sengkarut Udang Radioaktif Ancam Ekspor RI ke AS

, JAKARTA — Pengusaha udang yang tergabung dalam Shrimp Club Indonesia (SCI) mulai mengkhawatirkan dampak kasus dugaan radioaktif terhadap ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat. Mereka berharap pemerintah turun tangan mengatasi masalah tersebut.

Diketahui, pada Agustus 2025, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration (FDA) menyarankan masyarakat untuk tidak mengonsumsi, menjual, atau menghidangkan sajian yang mengandung udang beku produksi PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods) asal Indonesia, karena diduga terkontaminasi isotop radioaktif.

Temuan merupakan pengembangan dari laporan Bea Cukai & Perlindungan Perbatasan AS (CBP) yang menginformasikan adanya deteksi Cs-137 dalam kontainer pengiriman di empat pelabuhan, yakni Los Angeles, Houston, Savannah, dan Miami.

Ketua Umum SCI Andi Tamsil menegaskan mengatakan bahwa temuan tersebut hanya terbatas pada satu perusahaan dan batch tertentu. Industri udang Indonesia secara keseluruhan tetap aman dan memenuhi standar baku mutu keamanan pangan.

“Namun dampak terhadap industri jelas ada, terutama pada kepercayaan pasar internasional. Jika tidak ditangani dengan baik, eksportir lain bisa ikut terkena imbas meski tidak ada kaitannya langsung,” kata Tamsil kepada Bisnis, Selasa (9/9/2025).

Tamsil mengatakan selain berdampak pada ekspor, kasus ini juga membuat harga udang di Aceh dan Medan menjadi anjlok. Masyarakat sekitar enggan mengonsumsi udang.

Selain itu diperkirakan sebanyak sekitar 630 pemilik tambak terdampak (intensif dan tradisional) dengan luas 18.000 hektare terdampak isu ini. Masalah udang radiasi membuat sebanyak 3.500 pekerja merasakan dampak langsung.

SCI lantas mendorong pemerintah ke FDA agar mengisolisir masalah di BMS Cikande, sehingga BMS Medan dan BMS Makasar tetap bisa menjalankan produksinya, agar petambak (teruatama Aceh Medan) bisa mendapat kepastian pasar.

“Saat ini FDA me-recall product dari semua BMS factories,” kata Tamsil.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Tamsil, SCI bersama pemerintah mendorong agar investigasi dilakukan secara transparan dan cepat, agar tidak menimbulkan generalisasi negatif terhadap seluruh produk Indonesia.

Dia mengingatkan jika dibiarkan kasus ini dapat berdampak pada ekspor karena buyer akan lebih berhati-hati.

“Tidak hanya buyer AS, tetapi juga buyer dari negara lain sudah mulai mempertanyakan hasil investigasi final. Namun dengan langkah korektif yang jelas, termasuk penguatan sistem monitoring dan sertifikasi, kami percaya pasar akan kembali pulih,” kata Tamsil.

Pemerintah pastikan dampak tidak signifikan …..

Respons KKP dan Kemendag

Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memastikan bahwa ekspor udang Indonesia ke Negara Paman Sam tidak terdampak secara signifikan di tengah adanya temuan kontainer yang mengandung zat radioaktif Cs-137.

“Ya nggak ada masalah [ekspor udang Indonesia ke AS], kan ini yang kena kan yang berapa, 4 kontainer kan? Yang lainnya kan nggak ada masalah,” kata Budi saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (8/9/2025).

Budi menegaskan temuan kontainer yang mengandung zat radioaktif Cs-137 tidak berdampak luas terhadap ekspor udang nasional, meski Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) mengimbau agar AS tidak lagi membeli udang asal Indonesia.

Dia menjelaskan, pemerintah kini tengah memitigasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi di masa mendatang.

“Enggak enggak [memengaruhi ekspor], jadi kalau yang dikembalikan kan 4 kontainer yang mengandung Cs-137 ya. Nah yang lainnya nggak ada masalah, justru kita itu bagaimana bisa mitigasi ke depan itu tidak ada kasus itu lagi ke Amerika nggak ada masalah sepanjang memang nggak mengandung [Cs-137],” terangnya.

Adapun, Budi menambahkan bahwa pemerintah tengah melakukan koordinasi lintas kementerian untuk menangani kasus udang yang terpapar zat radioaktif Cs-137 secara komprehensif.

“Hari ini rapat dengan di Kemenko Pangan, kalau saya datang karena [ada agenda] ke Menko Perekonomian. Mengenai itu, mengenai pencemarannya dengan lingkungan hidup, nanti saya langsung ke sana,” ujarnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan isu radioaktif pada produk udang beku Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat (AS) hanya insidental dan kasuistik. Pemerintah mengeklaim telah ambil langkah cepat sudah ditempuh menjaga reputasi ekspor.

"Kami sudah sampaikan kepada pihak FDA (Food and Drug Administration) bahwa ini adalah insidental kasus hanya terjadi di situ saja, hanya terjadi pada lot-lot tertentu, jadi kontainer tertentu, pengiriman tertentu saja, tidak terjadi di tempat yang lain," kata Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (Badan Mutu) KKP Ishartini dilansir dari Antara, Selasa (9/9/2025).

Dia menjelaskan kasus itu bermula dari notifikasi FDA setelah menerima laporan dari Custom Border Protection (CBP) terkait satu kontainer udang Indonesia yang terdeteksi mengandung radioaktif Cesium-137 dalam jumlah tertentu.

KKP segera menindaklanjuti informasi tersebut melalui pertemuan virtual dengan otoritas AS untuk mengklarifikasi kebenaran hasil uji serta memastikan langkah bersama menangani temuan tersebut.

Ishartini menuturkan FDA menemukan sampel udang beku mengandung tingkat radiasi 68 Bq/kg, jauh di bawah ambang batas internasional 1.200 Bq/kg, meski tetap dianggap berpotensi berisiko jika dikonsumsi jangka panjang.

Berdasarkan hasil uji, FDA kemudian menetapkan red list hanya pada produk udang dari PT BMS yang berlokasi di kawasan industri modern Cikande, Banten.

"Sehingga diputuskan oleh FDA untuk memberikan red list untuk impor khusus. Jadi khusus udang yang diproduksi oleh PT BMS," ujarnya pula.

Menindaklanjuti hal itu, kata Ishartini, KKP bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) melakukan inspeksi bersama menelusuri rantai pasok bahan bahan baku udang PT BMS yang berasal dari Lampung dan Pandeglang.

Hasil penelusuran memastikan tidak ada temuan Cesium-137 di tambak maupun bahan baku, sehingga kontaminasi diduga berasal dari luar lingkungan pabrik pengolahan.

Bapeten menemukan dugaan adanya paparan radioaktif di bagian luar kawasan pabrik PT BMS di Cikande, yang diduga berasal dari lingkungan sekitar, kemungkinan cemaran dari besi tua.

"Dari Bapeten mungkin nanti lebih berkompeten untuk bisa menyampaikan duga-dugaan awal seperti misalnya dari besi-besi tua yang ada di sekitar situ. Itu yang diduga bisa mencemari ke pabrik itu, karena itu bisa melalui udara," katanya lagi.

Sebagai langkah awal, pemerintah melakukan penghentian sementara produksi di PT BMS dan melokalisir area pabrik untuk mencegah risiko lanjutan pada produk udang.

KKP juga melibatkan BRIN, kepolisian, serta Kementerian Lingkungan Hidup dalam meninjau lokasi dan memastikan penanganan menyeluruh terhadap sumber kontaminasi radioaktif tersebut.

"Sekarang sudah dilokalisir lokasinya dan sementara PT BMS ini tidak memproduksi dulu udang olahannya sampai seluruh permasalahan ini bisa kita selesaikan," katanya pula.

Ke depan, KKP memperkuat sistem penjaminan mutu ekspor dari hulu ke hilir, meliputi uji laboratorium, pengawasan karantina, serta kolaborasi pemeriksaan dengan Bapeten sebelum pengiriman.

Pabrik PT BMS diwajibkan melakukan proses dekontaminasi dengan pengawasan ketat lintas lembaga, agar dapat kembali beroperasi setelah dipastikan aman untuk produksi.

KKP menegaskan kasus ini bersifat kasuistik, hanya terjadi pada pengiriman tertentu, sehingga tidak mempengaruhi tambak maupun pabrik lain yang memasok ekspor udang Indonesia.

Dengan langkah cepat, koordinasi lintas lembaga, dan keterbukaan informasi, KKP berkomitmen menjaga reputasi ekspor, memastikan udang Indonesia tetap aman, memenuhi standar global, dan dipercaya pasar internasional.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar