Kasus Kepsek Tampar Siswa Perokok di SMAN 1 Cimarga,DPRD Banten Desak Investigasi Tak Berat Sebelah

Anggota DPRD Provinsi Banten, Dede Rohana Putra turut menyoroti kasus dugaan penamparan siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah, berimbas pada mogok sekolah di SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini mendesak agar penyelidikan kasus tersebut dilakukan secara terang benderang dan tidak berat sebelah, ia meminta agar tidak terburu-buru menghakimi kepala sekolah.
Sambil menegaskan bahwa kekerasan fisik tidak dapat dibenarkan, Dede menekankan pentingnya melihat akar permasalahan secara utuh.
Menurutnya, perlu ada tim investigasi untuk melakukan kroscek menyeluruh di lapangan.
"Jadi memang kekerasan fisik itu tidak pernah dibenarkan dalam hukum kita, akan tetapi ada asap pasti ada api, ada yang melatarbelakangi. Maka kita harus bentuk tim investigasi harus kroscek ke lapangan ini karena apa," ujar Dede Rohana, Rabu (15/10/2025).
Pria yang dikenal sebagai Dewan Viral itu juga mengusulkan sebuah jalan tengah yang adil.
Jika hasil investigasi membuktikan kedua belah pihak bersalah, maka sanksi harus diterapkan kepada keduanya, tidak hanya kepada kepala sekolah.
Ia bahkan menyarankan sanksi tegas bagi siswa untuk menciptakan efek jera.
"Kalau kepsek diberikan sanksi ya siswa juga karena merokok di sekolah atau karena tidak disiplin. apakah siswanya dikeluarkan jadi efek jera juga," tegasnya.
Wakil Ketua PAN Banten itu juga menyuarakan kekhawatiran jika hanya kepala sekolah yang dihukum saat mencoba menegakkan aturan, sementara siswa yang jelas-jelas melanggar malah dibela, hal ini akan menciptakan preseden buruk.
"Jangan sampai ketika kita menghukum kepsek karena menegakkan aturan misalnya, sedangkan siswa yang salah malah dibela, nanti kepsek yang lain mau mendisiplinkan siswa yang bermasalah jadi pada takut, nanti siswa makin berani," paparnya.
Terkait keputusan menonaktifkan kepala sekolah, Dede setuju hal itu dilakukan dalam rangka proses investigasi agar berjalan objektif.
Namun, ia mengingatkan agar tidak langsung mengambil keputusan final untuk memberhentikan kepala sekolah.
"Harus terang benderang dulu ya sebelum mengambil keputusan, harusnya dalam rangka posisi investigasi, harus dinonjobkan dulu dan tugasnya sementara dihandle oleh wakasek, biar tim investigasi ini bisa berjalan," katanya.
Ia pun merujuk pada kasus viral di Jawa di mana seorang kepala sekolah yang menegur siswa anak pejabat awalnya disalahkan, namun akhirnya terbukti benar.
"Dan itu harus jadi pelajaran buat kita, ketika mendapatkan informasi itu kita harus kroscek lah, harus tabayyun jangan sampai keputusan itu diambil ternyata ada yang terdzolimi," imbaunya.
Dede meyakini Gubernur Banten akan bersikap bijak dan mengevaluasi kembali pernyataan awalnya setelah menerima informasi yang lebih lengkap dan berimbang dari berbagai pihak.
"Saya yakin nanti ada pihak-pihak lain yang menyampaikan ke gubernur berita yang jelas dan sebenarnya biar Pak Gubernur bisa memberikan keputusan yang lebih fair, lebih adil," pungkasnya.
Kepsek SMAN 1 Cimarga Dinonaktifkan oleh Gubernur
Nasib Kepala SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Dini Fitria, kini dinonaktifkan sementara dari jabatannya.
Penonaktifan itu dilakukan atas perintah langsung dari Gubernur Banten, Andra Soni.
Keputusan ini diambil setelah Dini diduga menampar salah seorang siswa yang kedapatan merokok.
Persoalan ini pun tengah ramai dan viral di media sosial, pasca ratusan siswa di sekolah tersebut melakukan aksi mogok sekolah.
"Akan segera dinonaktifkan," ujar Andra kepada wartawan di Pendopo Gubernur Banten, Serang, Selasa (14/10/2025).
Ia juga menyarankan wartawan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai keputusan tersebut dari Sekretaris Daerah (Sekda) Banten, Deden Apriandhi, atau Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Banten, Lukman.
"Coba ke Pak Sekda itu lebih lengkapnya," tambah Andra sebelum meninggalkan wartawan.
Di lokasi yang sama, Sekda Banten, Deden Apriandhi mengaku telah melihat rekaman video yang menunjukkan insiden antara guru dan murid tersebut.
Untuk menindaklanjuti kejadian ini, Deden berencana memanggil pihak-pihak yang mengetahui peristiwa tersebut.
"Kemarin telah memerintahkan Pak Lukman selaku Plt Kadisdikbud untuk memanggil guru-guru untuk dimintai keterangan hari ini, dan mudah-mudahan nanti bisa kita tindaklanjuti," jelas Deden.
Deden menegaskan, jika dari hasil pemeriksaan terbukti terjadi tindak kekerasan, Pemprov Banten akan mengambil tindakan hukum kedisiplinan terhadap oknum guru tersebut.
"Kalau memang sampai ada tindakan kekerasan, mungkin pemberhentian," ujarnya.
Selama proses pemeriksaan berlangsung, Deden menambahkan, Pemprov Banten telah menonaktifkan Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga untuk menjaga kondusivitas di sekolah dan mencegah aksi mogok siswa.
"Sambil melakukan pendalaman, kita akan menonaktifkan sementara dulu guru yang bersangkutan supaya clear," kata Deden.
Kronologi kejadian
ILP dalam kesempatannya mengakui merokok, tapi tidak di sekolah.
Ia menghisap rokok di warung dekat sekolah, pada Jumat (10/10/2025) pagi.
"Saya kaget waktu ketemu kepsek. Rokok langsung saya buang, tapi disuruh nyari lagi sama kepala sekolah,” katanya, dikutip dari , Senin (13/10/2025).
Singkat cerita, Dini Fitria kemudian menyuruh ILP mencari rokok yang telah dihisapnya.
Kala itu ibu kepsek dalam kondisi marah serta memaki-maki ILP.
Tidak berhenti di situ, Dini Fitria juga diduga melayangkan pukulan ke arah tubuh ILP.
"Beliau marah, nendang saya di bagian punggung, terus nampol saya di pipi kanan."
"Kepsek bilang g****k, a****g, terus nyuruh saya nyari rokok lagi, padahal udah enggak ada," tegas ILP.
Orang Tua Minta Ibu Kepsek Diberhentikan
Orang tua ILP, Tri Indah Alesti membenarkan telah terjadi penganiayaan kepada anaknya.
Ia mengaku tidak terima saat mengetahui kejadian yang menimpa ILP.
"Saya sebagai orang tua jelas sakit hati dan tidak terima anak saya ditempeleng dan ditendang di sekolah,” katanya.
Indah melanjutkan, pihaknya siap menempuh jalur hukum dengan melaporkan kepsek SMA Negeri 1 Cimarga ke Polres Lebak.
Ia juga mendesak Dinas Pendidikan turun tangan memberikan sanksi kepada Dini Fitria.
“Harapan saya, kepala sekolah itu diberhentikan. Kalau masih menjabat, anak saya bisa trauma dan takut masuk sekolah,” tandas dia.
Sementara itu, Dini Fitria mengaku khilaf saat mendapati siswanya itu merokok di dekat sekolah.
Ia dibuat kesal karena ILP tidak berkata jujur padahal sudah ketahuan merokok.
"Saya emosi, saya khilaf," katanya, dikutip dari kanal YouTube KABAR WILAYAH.
Dini Fitria menyesalkan kejadian ini berlarut-larut.
Menurutnya permasalahan tidak akan terjadi jika ILP jujur sedari awal.
"Cuma ngaku, ngaku mah beres (masalahnya)," tegasnya.
Pernyataan Kepsek
Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Negeri 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Dini Fitria buka suara, terkait dugaan kekerasan terhadap siswa, yang menyeret nama dirinya.
Dini dituding telah melakukan tindakan kekerasan terhadap salah satu anak muridnya yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah.
Korban berinisial ILP (17), saat ini masih duduk di bangku kelas XII.
Peristiwa kekerasan itu terjadi pada Jumat (10/10/2025) pagi, lantaran ILP kedapatan merokok di lingkungan sekolah.
Dalam sebuah video yang diterima , Senin (13/10/2025) Dini menjelaskan, peristiwa terjadi pada hari Jumat bertepatan dengan pelaksana program Jumat bersih.
Namun, pada saat dirinya berkeliling melihat seorang siswa tengah merokok di dekat warung kecil yang berada di luar pagar sekolah.
"Jumat Bersih itu bagian dari rangkaian kegiatan pembentukan karakter para siswa. Saya lihat dari jarak sekitar 20-30 meter, ada asap rokok di tangan anak itu," kelasnya.
"Saya panggil dengan suara agak keras, karena jaraknya cukup jauh. Anak itu langsung lari," sambungnya.
Saat dimintai keterangan, kata Dini, siswa tersebut tidak mengakui perbuatannya, yang membuat dirinya sempat emosi karena merasa dibohongi.
Dini juga mengakui, telah menampar siswanya tersebut, akan tetapi tidak begitu keras.
"Saya kecewa bukan karena dia merokok, tapi karena tidak jujur. Saya spontan menegur dengan keras, bahkan sempat memukul pelan karena menahan emosi. Tapi saya tegaskan, tidak ada pemukulan keras," katanya.
Tak hanya itu, Kepsek itu membantah bahwa dirinya menendang siswanya tersebut.
"Saya tidak menendang. Hanya menepuk bagian punggung, itu pun karena emosi spontan. Tidak ada luka atau bekas apa pun," ucapnya.
Menurut Dini, warung tempat kejadian tersebut memang sudah menjadi perhatian pihak sekolah, lantaran diduga kerap menjual rokok kepada siswa.
"Kami sudah pernah mengingatkan pemilik warung, agar tidak menjual rokok. Bahkan kami buat kesepakatan, kalau masih ketahuan, kantinnya akan kami tutup sementara," ujarnya.
Dini berharap peristiwa ini bisa menjadi pembelajaran, agar lebih berhati-hati dan menjaga komunikasi antara guru, siswa dan orang tua.
"Kami di sekolah berupaya membentuk karakter anak, bukan merusak. Kalau ada kekeliruan dalam cara saya menegur, tentu akan saya evaluasi," pungkasnya.
Posting Komentar