Keseruan berkemah di Desa Tempur Jepara, bisa mandi di sungai hingga dikunjungi burung julang emas
medkomsubangnetwork, JEPARA – Momen liburan akhir pekan Singgih Tri Nugroho (28) bersama kawan-kawannya di Kampoeng Kopi Camp, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara, meninggalkan kesan tak terlupakan.
Berniat menikmati syahdunya alam dengan berkemah di kawasan Pegunungan Muria, rombongan wisatawan asal Pati ini justru dibuat terperanjat oleh kehadiran "tamu istimewa" dari alam liar.
Ketenangan di area perkemahan seketika berubah menjadi kekaguman.
Seekor burung rangkong julang emas (Rhyticeros undulatus) tiba-tiba menampakkan diri ketika Singgih dan rombongannya tengah menyiapkan roti bakar, nasi pecel, tempe goreng, serta kopi dan teh hangat untuk sarapan, Minggu pagi (7/12/2025).
Burung berparuh besar itu awalnya hinggap dengan anggun di atap gazebo area perkemahan. Singgih dan kawan-kawan pun bergegas mengaktifkan kamera ponsel mereka masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut. Tak sedikit di antara mereka yang baru pertama kali melihat burung eksotis tersebut secara langsung.
Para pengunjung asal Pati itu makin takjub ketika seekor julang emas itu kemudian turun dan dengan santai melompat-lompat di antara tenda-tenda yang mereka tempati.
Untuk diketahui, Kampoeng Kopi Camp merupakan area perkemahan di Kampoeng Kopi Tempur yang dikelola oleh Mahfud Aly, warga setempat yang juga merupakan Sekretaris Desa (Carik) Tempur.
Dia mengatakan, warga Desa Tempur yang notabene hidup di tengah Pegunungan Muria sudah terbiasa hidup berdampingan dengan tumbuhan dan satwa liar.
"Kami di sini sangat dekat dengan aneka flora-fauna yang hidup di sekeliling kami," kata Mahfud.
Selain burung rangkong julang emas, ada pula beberapa jenis burung lain, di antaranya kepodang dan jalak.
Sebagai ajakan untuk menjaga ekosistem dan melestarikan satwa langka, di muka jalan masuk ke area perkemahan, Mahfud memasang papan berisi larangan bagi pengunjung untuk berburu atau menangkap burung dan satwa liar lain.
Keindahan alam Pegunungan Muria berikut isinya memang menjadi "jualan utama" Kampoeng Kopi Camp".
Di sini, selain menikmati udara sejuk dan pemandangan indah, wisatawan juga bisa menikmati bermain di sungai yang airnya jernih-segar.
Dengan adanya kawasan perkemahan ini, Desa Tempur kian mengukuhkan diri sebagai destinasi wisata alam favorit di lereng Pegunungan Muria.
Mahfud Aly mengatakan, Kampoeng Kopi Muria pihaknya dirikan pada awal 2023.
Sejak dibuka hingga saat ini, antusiasme wisatawan terus menunjukkan tren positif.
"Alhamdulillah peminatnya, pengunjungnya, lumayan banyak. Tahun demi tahun semakin banyak, semakin dikenal," kata dia.
Mahfud menjelaskan, hampir setiap akhir pekan area tersebut selalu dipadati pengunjung yang ingin berkemah.
Pihak pengelola menyediakan penyewaan tenda dengan tiga variasi paket harga untuk memudahkan wisatawan.
Paket terlengkap (Standar 1) dibanderol Rp 250.000 saat akhir pekan (weekend). Paket ini sudah mencakup tenda berkapasitas 3-5 orang, sleeping bag, bantal, playmat, lampu dan terminal listrik, meja, tikar, hingga kopi dan sarapan.
Paket menengah (Standar 2) seharga Rp 200.000 (akhir pekan) mencakup fasilitas tenda berkapasitas 3-5 orang, sleeping bag, bantal, playmat, terminal listrik, tikar, serta kopi dan camilan pagi.
Adapun paket hemat (Standar 3) seharga Rp 100.000 (weekend dan weekday) mencakup fasilitas tenda berkapasitas empat orang dan tikar saja.
Untuk hari biasa atau weekday, Paket Standar 1 dan Standar 2 mendapat potongan harga Rp 50.000.
Fasilitas umum di lokasi ini juga terbilang memadai, mulai dari gazebo, pendopo untuk pertemuan, akses Wi-Fi gratis, hingga toilet dan kamar mandi.
Area yang luas juga memungkinkan lokasi ini digunakan untuk acara sekolah maupun kegiatan komunitas.
Lebih lanjut, Mahfud menuturkan bahwa Desa Tempur memiliki keunggulan geografis karena terletak di pegunungan, sehingga menyajikan pemandangan alam yang memukau di setiap sudutnya.
"Di sini wisatanya adalah wisata alam. Jadi setiap sudut di Desa Tempur ini semuanya adalah wisata, semua bisa dinikmati," kata Mahfud.
Tak hanya mata yang dimanjakan, lidah pengunjung juga ditantang untuk mencicipi kuliner khas desa. Mahfud menyebutkan beberapa menu andalan seperti sayur umbut (rotan muda) dan sayur pakis, serta tentunya kopi tempur yang sudah tersohor.
Bagi pecinta sejarah dan wisata religi, Desa Tempur menyimpan situs bersejarah seperti punden, batu Yoni, dan arca Ganesha peninggalan era Majapahit, serta Candi Angin yang kerap menjadi tujuan para pendaki dan pecinta trekking menuju Puncak Songolikur.
Keunikan lain yang ditawarkan adalah keberadaan Kampung Toleransi di Dukuh Pekoso. Di sana, terdapat gereja dan masjid yang bangunannya berhadapan, menjadi simbol kerukunan umat beragama di desa tersebut.
Berbagai festival kebudayaan rutin tahunan juga menjadi atraksi khusus, di antaranya sedekah bumi, sedekah kopi, festival panen raya kopi, serta kupatan.
Pesona Tempur ternyata tak hanya memikat wisatawan lokal dari Karesidenan Pati (Pati, Kudus, Jepara, Rembang) dan kota besar seperti Jakarta atau Batam, namun juga turis mancanegara, antara lain dari Jerman.
Bahkan, Mahfud menceritakan bahwa sudah lima kali pihaknya melayani kunjungan wisatawan asing.
Menurut Mahfud, wisatawan asing justru menyukai suasana desa yang tenang dan minim sinyal seluler, seolah menjadi tempat detoks digital.
"Dari luar negeri yang paling berkesan itu desanya sepi. Di sini terkenal desa 'anti-gadget' karena sinyal itu sulit. Jadi lumayan sepi, itu yang paling disukai, selain kopi tempurnya," kata dia.
Singgih, pengunjung asal Pati, sengaja datang jauh-jauh bersama teman-temannya untuk menikmati akhir pekan. Menurutnya, Desa Tempur adalah lokasi yang pas untuk melepas penat atau liburan.
"Pemandangan di Desa Wisata Tempur sangat indah. Sangat enak untuk berwisata. Cuacanya juga bagus, sejuk," ungkap Singgih.
Dia menuturkan, agendanya berkemah kali ini akan diisi dengan kegiatan santai seperti pesta barbeku sembari menikmati lanskap pegunungan.
Singgih juga menilai keberadaan sungai di area perkemahan menjadi magnet tersendiri.
"Airnya bersih dan segar. Saya sama teman-teman juga nyemplung ke sungai. Seru banget," tambah Singgih antusias.
Namun, Singgih mengingatkan, bagi wisatawan yang hendak berkunjung, kondisi jalan menuju Desa Tempur patut menjadi perhatian. Singgih menjelaskan bahwa meski akses jalannya sudah beraspal bagus, kontur pegunungan menuntut kewaspadaan ekstra.
"Aksesnya sebenarnya mudah, cuma karena tempatnya di gunung jadi naik-turun. Membutuhkan waktu dan tantangan buat sampai sini. Apalagi yang kendaraannya besar, mungkin harus lebih berhati-hati. Pastikan rem kendaraan berfungsi baik, karena jalannya naik-turun dan berkelok-kelok," saran Singgih. (mzk)
Posting Komentar