Operasi Senyap: Dewi Astutik, Gembong Narkoba Internasional, Dilumpuhkan di Kamboja

Gembong Narkoba Internasional Tertangkap dalam Operasi Senyap di Kamboja
Sihanoukville, Kamboja – Perburuan panjang terhadap gembong narkoba internasional, PA alias Dewi Astutik, akhirnya menemui titik terang. Setelah berbulan-bulan menjadi buronan lintas negara, Dewi Astutik berhasil dicokok dalam sebuah operasi senyap yang menegangkan di lobi sebuah hotel di Sihanoukville, Kamboja. Penangkapan ini menandai keberhasilan besar Badan Narkotika Nasional (BNN) RI dalam memberantas jaringan peredaran narkotika internasional yang telah meresahkan.
Momen penangkapan yang terjadi pada Senin (1/12/2025) pukul 13.39 waktu setempat, secara efektif menghentikan pelarian Dewi Astutik yang telah membawanya melintasi berbagai yurisdiksi negara. Keberhasilan ini merupakan puncak dari rangkaian operasi intensif yang melibatkan kerja sama intelijen yang canggih, diplomasi antarnegara yang kuat, serta koordinasi lintas institusi dari Indonesia hingga Kamboja.
Bagi BNN, penangkapan ini merupakan kelanjutan strategis dari pengungkapan kasus penyelundupan dua ton sabu yang menggemparkan Indonesia pada Mei 2025. "Penangkapan dua ton sabu tersebut berhasil menyelamatkan sekitar 8 juta jiwa dari ancaman bahaya narkotika," ujar Kepala BNN RI, Komjen Suyudi Ario Seto, dalam konferensi pers yang digelar di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa (2/12/2025).
Operasi Dimulai dari Jejak Intelijen Mendalam
Upaya untuk meringkus Dewi Astutik tidak dimulai di Kamboja, melainkan jauh sebelumnya melalui jalur intelijen. Perburuan ini didasari oleh Red Notice Interpol bernomor A-35363-2025 dan Surat Daftar Pencarian Orang (DPO) yang telah diterbitkan oleh BNN sejak Oktober 2024.
Gerakan Dewi Astutik mulai terdeteksi setelah BNN menerima laporan intelijen yang mengindikasikan aktivitas sang buronan di Phnom Penh, Kamboja. "Operasi penindakan dimulai pada 17 November 2025 setelah Kedeputian Berantas dan Kedeputian Hukum dan Kerja Sama BNN menerima informasi intelijen mengenai keberadaan sasaran di Phnom Penh," jelas Komjen Suyudi.
Menindaklanjuti informasi tersebut, pada 25 November 2025, BNN secara resmi menerbitkan surat perintah untuk memberangkatkan tim khusus ke Kamboja. Tiga hari berselang, personel BNN telah tiba di Phnom Penh dan segera menjalin koordinasi erat dengan berbagai pihak, termasuk Kepolisian Kamboja, Badan Intelijen Keamanan (BAIS) Kamboja, Interpol Polri, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Phnom Penh, serta otoritas setempat lainnya.
Pengepungan Sunyi di Lobi Hotel yang Menentukan
Hari yang dinanti pun tiba pada Senin siang. Tim gabungan berhasil mengidentifikasi keberadaan Dewi Astutik di sebuah hotel di Sihanoukville. Titik krusial penangkapan terjadi saat Dewi Astutik berada di dalam sebuah mobil Toyota Prius berwarna putih.
Begitu kendaraan tersebut berhenti, aparat gabungan langsung bergerak cepat mengepung area tersebut. Langkah ini diambil untuk meminimalisir risiko pelarian atau upaya penghancuran barang bukti yang mungkin dilakukan oleh tersangka.
"Pada saat di Tempat Kejadian Perkara (TKP) penangkapan, tim BNN Republik Indonesia langsung melakukan verifikasi dan klarifikasi fisik untuk memastikan bahwa orang yang diamankan adalah benar DPO dimaksud," terang Komjen Suyudi.
Proses verifikasi dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri fisik Dewi Astutik dengan data intelijen yang dimiliki. Setelah identitasnya terkonfirmasi secara pasti, Dewi Astutik berhasil diamankan tanpa perlawanan. Seorang pria yang berada bersamanya saat penangkapan juga turut diamankan dan saat ini masih dalam proses pendalaman oleh tim investigasi.
"Saudara Dewi Astutik kami amankan tanpa perlawanan dan cukup kooperatif. Dan laki-laki yang bersama yang bersangkutan saat ini masih dilakukan pendalaman," ujar Komjen Suyudi.
Jaringan Lintas Benua: Asia–Afrika hingga Golden Triangle
Dewi Astutik bukanlah sosok sembarangan dalam dunia peredaran narkotika internasional. Ia telah lama dikenal sebagai pemain kunci dan disebut-sebut sebagai rekruter utama untuk jaringan narkotika yang membentang antara Asia dan Afrika. Selain itu, ia juga merupakan buronan yang masuk dalam daftar DPO negara Korea Selatan.
"Dewi Astutik merupakan rekruter dari jaringan perdagangan narkotika Asia-Afrika, dan juga menjadi DPO dari negara Korea Selatan," tegas Komjen Suyudi.
Lebih jauh lagi, Dewi Astutik juga diduga memiliki kaitan erat dengan jaringan Golden Crescent. Jaringan ini dikenal sebagai operator utama dalam distribusi berbagai jenis narkotika, termasuk kokain, sabu, dan ketamin, yang operasinya mencakup wilayah Asia Timur hingga Asia Tenggara.
"DPO yang dimaksud ini diduga merupakan aktor utama dari penyelundupan dua ton sabu senilai Rp 5 triliun dan kasus narkotika lainnya yang terjadi di wilayah Indonesia," ungkap Komjen Suyudi, menegaskan peran sentral Dewi Astutik dalam berbagai kasus besar.
Kehidupan Nomaden Lintas Negara yang Berakhir
Salah satu faktor utama yang membuat penangkapan Dewi Astutik memakan waktu lama dan memerlukan koordinasi yang begitu rumit adalah gaya hidupnya yang selalu berpindah-pindah antarnegara. Pergerakan lintas batas yang konstan ini menyulitkan upaya pelacakan dan penangkapan.
"Tentu kesulitannya karena yang bersangkutan ini adalah bagian dari jaringan internasional yang selama ini pindah dari negara ke negara lain," jelas Komjen Suyudi.
Namun, melalui upaya diplomasi yang intensif dan kerja sama operasional yang solid antara Indonesia dan Kamboja, pelarian Dewi Astutik akhirnya berhasil diakhiri. "Kita lakukan penangkapan dengan kolaboratif antara negara Indonesia dan pemerintah Kamboja," pungkas Komjen Suyudi, menggarisbawahi pentingnya sinergi internasional dalam memerangi kejahatan narkotika global.
Penangkapan Dewi Astutik menjadi bukti nyata komitmen BNN RI dan mitra internasionalnya dalam memberantas tuntas peredaran narkotika, demi mewujudkan Indonesia yang bersih dari ancaman narkoba.
Posting Komentar