Jangan Berani Galbay Pinjol Sebelum Tahu Fakta Ini

KABAR GARUT - Maraknya layanan pinjaman online (pinjol) semakin menambah daftar panjang platform digital yang menawarkan pinjaman cepat kepada masyarakat.
Akan tetapi, dibalik kemudahannya banyak masyarakat justru terjebak dalam lingkaran utang yang sulit diselesaikan, hingga memilih jalan gagal bayar atau galbay sebagai bentuk perlawanan terhadap tekanan yang mereka alami.
Belum lagi fenomena yang dialami oleh salah satu pengguna aplikasi pinjaman yang mengaku tiba-tiba terdaftar dalam program asuransi tanpa persetujuan eksplisit.
Klaim tagihan asuransi masuk ke email pribadinya, hingga hal ini menimbulkan banyak pertanyaan.
Dikutip dari kanal YouTube Desi Sutriani yang menyebut bahwa kemungkinan besar pendaftaran asuransi terjadi secara tidak sadar, sering kali melalui panggilan telepon yang tidak dikenali dan kemudian direspons secara asal oleh nasabah.
Untuk kasus seperti ini, disarankan agar nasabah segera menghubungi pihak asuransi dan menegaskan bahwa mereka tidak pernah mendaftar secara sadar.
"Nasabah juga dianjurkan untuk secara berkala mengecek mutasi rekening guna menghindari pemotongan sepihak dari pihak tidak bertanggung jawab," paparnya.
Pinjol dan Asuransi: Siapa Sebenarnya yang Diuntungkan?
Meskipun banyak pinjol mengklaim bahwa pinjaman mereka sudah diasuransikan, kenyataannya sebagian besar nasabah tidak mengetahui detail asuransi tersebut.
Bahkan, klaim asuransi pun sering tidak direspons. Berbeda dengan lembaga perbankan yang memiliki prosedur jelas dan transparan, layanan pinjol justru terkesan tertutup dan tidak akuntabel.
Cara paling sederhana untuk mengetahui status pinjaman adalah melalui SLIK OJK (Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan).
Jika data pinjaman masih tercatat, artinya belum lunas. Sebaliknya, jika data sudah menghilang tanpa pelunasan manual, bisa jadi asuransi telah bekerja atau pihak pinjol telah menghapus buku pinjaman tersebut.
Realita Galbay Pinjol: Jalan Terakhir yang Terpaksa Ditempuh
Banyak kisah galbay pinjol yang bertebaran di media sosial. Mulai dari ojol (ojek online) yang terlilit utang karena tergoda gaya hidup atau kebutuhan mendesak, hingga ibu rumah tangga yang meminjam demi membeli susu formula atau obat penyakit kronis.
Disinilah muncul sisi humanis yang kerap luput dari perhatian yakni galbay bukan semata karena lalai atau sengaja lari dari tanggung jawab, melainkan karena keterpaksaan ekonomi dan minimnya alternatif.
Seorang pengguna TikTok bahkan membagikan pengalaman pahitnya setelah terjerat utang pinjol.
Awalnya ia meminjam untuk kebutuhan hidup setelah di-PHK, namun gagal bayar membuat datanya disebar ke media sosial hingga mengalami tekanan psikologis yang berat.
Perdebatan terus terjadi, apakah pinjol digunakan karena gaya hidup atau karena kebutuhan?
Faktanya, banyak peminjam yang berada di ambang hidup dan mati ketika memutuskan untuk mencairkan pinjaman.
Dalam kondisi darurat, seperti sakit parah atau kebutuhan anak, mereka tidak punya banyak pilihan selain mengakses pinjaman digital yang cepat cair.
Namun, sistem pinjol yang tidak transparan, minim edukasi keuangan, dan lemahnya pengawasan membuat masyarakat semakin terpuruk.
"Pinjol dipermudah, tapi tidak didampingi. Pemerintah seharusnya hadir memberikan edukasi dan perlindungan yang nyata," ujarnya.
Bagi masyarakat yang terlanjur galbay, solusi utama bukanlah lari dari masalah, tapi mulai memperbaiki kualitas hidup secara perlahan.
Fokus pada pekerjaan, tingkatkan pendapatan, dan jangan ragu untuk berhenti total dari pinjol.
Fenomena pinjol dan galbay bukan hanya soal siapa yang salah atau benar.
Ini adalah potret buram dari sistem yang belum ideal, di mana masyarakat yang lemah secara ekonomi terpaksa mengambil keputusan-keputusan sulit untuk sekadar bertahan hidup.
Diperlukan kerja sama antara pemerintah, OJK, penyedia pinjol, dan masyarakat untuk membangun ekosistem pinjaman digital yang sehat, adil, dan manusiawi. ***
Posting Komentar