Dari Serabutan ke Petani Melon, Samsul Tuai Berkah Zakat di Banjar

– Deretan greenhouse berdiri kokoh di lahan pertanian Banjar, Jawa Barat. Dinding transparan membuat cahaya matahari sore menembus hingga ke barisan tanaman melon yang tersusun rapi di polybag hitam.
Di tengah suasana lembap bercampur aroma dedaunan segar, Samsul Huda (43) tampak sibuk memangkas daun kering sambil tersenyum puas.
Lebih dari dua tahun terakhir, Samsul menekuni budi daya melon hidroponik melalui program pemberdayaan zakat Dompet Dhuafa. Kini, ia menjadi salah satu anggota kelompok tani Melon Langensari yang beranggotakan 12 orang.
Sebelum mengenal melon hidroponik, kehidupan Samsul jauh berbeda. Ia pernah bekerja sebagai penjaga rumah makan dan mengandalkan pekerjaan serabutan. Penghasilan tak menentu membuatnya kesulitan mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya.
“Waktu itu pernah jaga rumah makan, kerja serabutan juga. Penghasilan tidak menentu. Sampai akhirnya Pak Elan mengajak saya ikut tanam melon,” ucap Samsul dalam rilis pers yang diterima , Kamis (2/10/2025).
Meski ragu karena tak memiliki pengetahuan soal melon, ia memberanikan diri bergabung. Sejak kecil, Samsul memang akrab dengan pertanian. Namun, yang biasa digarap warga Banjar hanyalah padi, jagung, atau pepaya.
“Melon? Apalagi pakai greenhouse dan hidroponik, itu hal baru buat kami. Mulai dari bibit, media tanam, sampai panen, saya tidak tahu. Semua diajarkan Pak Elan Maulana (ketua kelompok tani) dari nol,” ucapnya.
Belajar dari nol
Hari-hari pertama menjadi petani melon terasa berat. Samsul harus belajar mengenali bibit berkualitas, menyiapkan media tanam, menyemai, hingga memahami cara mengikat tanaman agar tidak roboh. Namun perlahan, keterampilan itu tumbuh di tangannya.
Kini, ia sudah terbiasa melakukan perawatan tanaman dengan percaya diri. Rasa bangga muncul setiap kali hasil panen melimpah.
“Sukanya kalau lihat hasil panen bagus, rasanya puas sekali. Tapi kalau banyak yang gagal, itu yang bikin sedih,” katanya.
Meski begitu, ia tetap bersyukur. Dari hasil bertani melon, Samsul kini mampu membiayai sekolah dua anaknya. Anak pertama duduk di bangku SMP, sementara si bungsu masih berusia dua tahun.
“Saya menikmati kerjaan ini karena memang senang. Alhamdulillah, hasilnya juga selalu untung. Bisa untuk biaya sekolah anak-anak,” ujarnya sambil tersenyum.
Lima varietas melon
Saat ini, kelompok Samsul membudidayakan lima varietas melon, yakni Inthanon, Sweet Honey, Sweet Net, Lavender, dan Demulsen. Pemilihan varietas itu menyesuaikan permintaan pasar.
“Karena minat pasar tinggi dan harga jualnya bagus,” jelas Samsul.
Dari kelima varietas tersebut, ia paling menyukai Inthanon. Menurut Samsul, dagingnya lembut, manis, dan tahan lama.
“Kalau disimpan, tidak cepat busuk. Itu yang membuatnya paling disuka,” tambahnya.
Satu unit greenhouse mampu menampung 700 polybag. Setiap polibag diisi dua tanaman, sehingga total ada sekitar 1.400 tanaman per unit. Meski ada risiko gagal panen sekitar 10–20 persen, hal itu masih dianggap wajar dalam dunia pertanian.
Setiap pekan, suasana greenhouse kian ramai. Anggota kelompok berkumpul, berdiskusi, dan saling bertukar pengalaman. Ada yang mengeluhkan hama, ada pula yang berbagi teknik baru perawatan.
“Kalau ada masalah, kami diskusi bareng. Jadi semua saling bantu, tidak ada yang merasa sendiri,” tutur Samsul.
Ketua Kelompok Tani Melon Langensari, Elan Maulana, kerap menghadirkan pembaruan ilmu pertanian. Mulai dari irigasi tetes yang lebih efisien hingga teknik menjaga kelembapan greenhouse.
Semua dilakukan demi meningkatkan kualitas panen sekaligus menjaga kepercayaan para donatur zakat.
Harapan ke depan
Ditanya soal harapan, Samsul menatap deretan greenhouse dengan mata berbinar.
“Saya ingin hasilnya semakin bagus, penjualannya lancar, dan bisa terus memberi manfaat. Bukan cuma untuk keluarga saya, tapi juga untuk orang-orang sekitar,” ucapnya.
Kini, dari seorang penjaga rumah makan dan pekerja serabutan, Samsul bertransformasi menjadi petani melon hidroponik yang mandiri. Perjalanan hidupnya membuktikan bahwa zakat yang dikelola dengan baik mampu menumbuhkan lebih dari sekadar hasil panen.
Zakat menghadirkan masa depan, kesejahteraan, sekaligus harapan baru bagi keluarga-keluarga di pelosok negeri.
Cerita Samsul hanyalah satu dari ribuan kisah penerima manfaat zakat yang kini hidup lebih sejahtera berkat kepedulian donatur. Dari setiap rupiah zakat yang ditunaikan, lahir peluang usaha, terbuka lapangan kerja, dan tumbuh kemandirian.
Posting Komentar