News Breaking
MEDKOM LIVE
wb_sunny

Breaking News

Kesedihan Sopir Truk yang Serahkan 3 Anak ke Panti Asuhan, Mantan Istri Dilarang Hadiri Pengadilan

Kesedihan Sopir Truk yang Serahkan 3 Anak ke Panti Asuhan, Mantan Istri Dilarang Hadiri Pengadilan

Seorang pengemudi truk menyerahkan diri saat mengantarkan tiga anaknya ke Panti Asuhan.

Sopir truk memberikan anak-anak kepada panti asuhan karena tidak mampu menanggung biaya hidup mereka.

Kesedihan menghiasi momen perpisahan antara ayah dan ketiga anaknya.

Dilaporkan oleh Sinchew Daily melalui Wartakota, ayah yang bekerja sebagai sopir truk tersebut adalah Huang Guowei, seorang penduduk di Perak, Malaysia, pada Sabtu (18/10/2025).

Air mata tak terkendali saat Huang Guowei berdiri di depan rumahnya di Perak, Malaysia.

Di depannya tiga anak kecil memandang dengan mata berkaca-kaca.

Mereka menyadari bahwa perpisahan sore itu bukanlah sekadar perpisahan biasa.

Pria itu memeluk putranya dengan erat, seakan tak ingin melepaskannya.

Anak itu menangis dan memeluk kaki ayahnya.

Di tengah air mata yang mengalir, Huang berusaha memberikan nasihat terakhir.

Ia menyarankan anaknya untuk belajar dengan tekun agar dapat mencapai impian menjadi seorang polisi.

Huang merupakan seorang ayah yang tinggal sendirian. Kehidupannya tergolong sederhana.

Ia bekerja sebagai pengemudi truk di sebuah perusahaan konstruksi di Kota Kuala Lumpur.

Setiap bulan dia hanya mendapatkan gaji sebesar 2.600 ringgit Malaysia.

Uangnya cukup untuk kebutuhan makanan, apalagi mengasuh tiga anak yang masih kecil.

Sarapan hanya secangkir kopi.

Dia hanya makan sepotong roti di siang hari.

Malam itu dia mengonsumsi nasi yang sederhana.

Selama ini dia berhemat sebanyak mungkin agar bisa menutupi biaya kehidupan anak-anaknya yang tinggal di panti asuhan di Kuala Lumpur.

Namun beban tersebut terlalu berat.

Pengeluaran untuk panti asuhan sebesar 300 ringgit setiap bulan kini tidak mampu lagi ia tanggung.

Maka dengan sedih hati, ia memutuskan untuk mengirim ketiga anaknya ke panti asuhan Anshun Jaz Home di Perak.

Di sana, anak-anaknya tidak harus mengeluarkan biaya apa pun.

Huang menikahi seorang wanita dari Vietnam pada tahun 2016.

Mereka memiliki tiga anak.

Namun, pada 30 Mei 2024, pengadilan menyetujui perceraian mereka dan memberikan hak penjagaan kepada Huang.

Sejak saat itu dia merawat anak-anaknya sendirian.

Sebelum putusan dijatuhkan, mantan istri sempat memohon agar anak laki-laki mereka dibawanya pergi.

Namun pengadilan memutuskan bahwa semua anak tetap diberikan kepada Huang untuk diasuh.

Bahkan ia pernah mengalami gangguan dari keluarga mantan istrinya yang datang ke rumah.

Keadaan tersebut memaksa Huang tidak memiliki pilihan lain selain menitipkan anak-anaknya ke panti asuhan.

Awalnya dia memilih panti asuhan di Kuala Lumpur, tetapi sekarang ia mengalihkan mereka ke Anshun Jaz Home.

Ketiga anaknya hanya mengikuti kelas gereja, bukan sekolah formal.

Ia berharap, dengan tinggal di panti asuhan yang lebih stabil, anak-anaknya dapat mengikuti pendidikan di taman kanak-kanak dan sekolah dasar setempat.

Pihak panti asuhan juga mengungkapkan rencana untuk mengajukan permohonan kepada Biro Kesejahteraan Sosial Malaysia agar anak-anak Huang dapat mengikuti pendidikan secara resmi.

Mereka juga akan memberikan bantuan psikologis kepada ketiganya agar tidak merasa kehilangan perhatian dari keluarga.

Untuk Huang, keputusan ini bukan berarti menyerah.

Ia berharap anak-anaknya dapat memiliki masa depan yang lebih baik.

Walaupun jauh, dia berjanji akan sering datang dari Kuala Lumpur untuk mengunjungi mereka.

Di tengah air mata sore hari, pelukan terakhir menjadi cara Huang memberi semangat pada dirinya sendiri.

Ia berharap suatu saat nanti anak-anaknya dapat memahami, bahwa perpisahan ini adalah wujud kasih seorang ayah yang tidak memiliki banyak pilihan.

Di Indonesia, tindakan menitipkan anak ke Panti Asuhan memang diperbolehkan.

Meskipun tidak ada petunjuk mengenai hal tersebut, karena anak tetap menjadi tanggung jawab orang tuanya.

Secara hukum dan sosial, menitipkan anak ke panti asuhan karena alasan ekonomi memang sah, namun sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang serta mengikuti prosedur yang tepat.

Panti asuhan pada dasarnya merupakan organisasi sosial yang bertujuan melindungi dan memenuhi kebutuhan anak-anak yang kehilangan orang tua, ditinggalkan, atau tidak mendapatkan perlakuan yang layak.

Namun, pada kenyataannya, banyak orang tua yang mengirimkan anak mereka karena kesulitan ekonomi, dengan harapan anak tersebut bisa mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang lebih baik.

Jika kasus di Indonesia

Meski demikian, pemerintah melalui Dinas Sosial biasanya lebih dahulu menawarkan alternatif lain, seperti bantuan sosial, program keluarga harapan (PKH), atau tindakan kesejahteraan keluarga agar anak tetap dapat tinggal bersama orang tuanya.

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa tumbuh di lingkungan keluarga asli dianggap lebih baik untuk perkembangan emosional dan psikologis anak dibandingkan dengan berada di lembaga penitipan.

Jika menitipkan anak ke panti menjadi satu-satunya opsi yang tersedia, orang tua harus mengajukan surat pernyataan resmi dan menghubungi Dinas Sosial setempat agar prosesnya sah secara hukum, serta memastikan anak tetap mendapatkan perhatian emosional melalui kunjungan berkala.

Jadi, tidak masalah jika mengirimkan anak ke panti asuhan karena keterbatasan finansial.

Namun sebaiknya dilakukan secara sah, bertanggung jawab, dan sebagai langkah terakhir setelah semua usaha bantuan telah dilakukan.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Google News

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar