Banjir Sumatera: Kisah Pilu 5 Kehilangan & Beras Sisa
Bencana Tiga Provinsi: Kisah Pilu Korban Selamat dan Tantangan Penyaluran Bantuan
Musibah banjir dan longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah meninggalkan luka mendalam. Hingga Selasa (2/12/2025), tercatat 708 korban jiwa melayang di ketiga wilayah terdampak tersebut. Situasi semakin memilukan dengan 499 orang yang dilaporkan masih hilang. Di tengah kepedihan ini, para penyintas yang berada di daerah terpencil membutuhkan uluran tangan, terutama pasokan makanan. Akses jalan yang terputus akibat bencana mempersulit upaya penyaluran bantuan, bahkan dari pemerintah sekalipun. Untuk mengatasi kendala ini, pemerintah bersama TNI mengerahkan helikopter untuk mendistribusikan bantuan makanan dan kebutuhan pokok lainnya melalui metode airdrop. Namun, metode darurat ini bukannya tanpa masalah, sebagian bantuan dilaporkan tidak tersalurkan dengan baik, menimbulkan cerita pilu di kalangan korban.
Warga Tapanuli Utara Terpaksa Punguti Beras Tercampur Tanah
Salah satu kisah yang menggugah hati datang dari Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Beredar sebuah video viral yang memperlihatkan sejumlah warga dengan penuh keprihatinan memunguti butiran beras yang tercecer di tanah. Bantuan logistik berupa beras dan mi instan dijatuhkan dari helikopter untuk masyarakat yang terdampak banjir dan longsor. Namun, banyak kemasan beras yang rusak saat proses jatuhan tersebut, menyebabkan isinya berceceran di tanah. Warga terpaksa menggunakan pakaian mereka sebagai wadah untuk mengumpulkan beras yang bercampur dengan tanah.

Metode penyaluran melalui udara ini terpaksa dilakukan karena akses darat ke wilayah terdampak lumpuh total akibat longsor. Meskipun demikian, cara ini menimbulkan kekecewaan lantaran bantuan yang diterima tidak merata dan banyak yang rusak. Ketua Harian Posko Darurat Bencana Provinsi Sumatera Utara, Basarin Yunus, menjelaskan bahwa pengiriman bantuan melalui helikopter merupakan langkah darurat karena tidak semua lokasi memiliki helipad yang memadai. "Tidak semua daerah atau desa memiliki helipad (tempat landasan helikopter), sehingga salah satu cara untuk mendistribusikan bahan pangan adalah dengan menjatuhkannya dari helikopter dengan harapan masyarakat dapat mengaksesnya setelah sampai di permukaan tanah," ujarnya. Basarin berjanji akan melakukan perbaikan dalam proses pengiriman bantuan udara agar bantuan yang diterima tidak rusak di masa mendatang, seraya meminta masyarakat untuk memahami kondisi darurat yang sedang dihadapi. "Meskipun ada beberapa bantuan yang rusak, kami akan memperbaikinya ke depan agar bisa digunakan," tambahnya.
Kejadian ini menjadi catatan penting bagi pemerintah dan pihak terkait dalam memperbaiki prosedur dan sarana pendukung distribusi bantuan bencana, terutama di daerah-daerah dengan akses yang sulit. Evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan diharapkan dapat memastikan penyaluran bantuan bencana di masa depan berjalan lebih efektif, tertib, dan tepat sasaran.
Armawati Kehilangan Lima Anggota Keluarga Tercinta
Di Sumatera Barat, pilunya kehilangan dirasakan oleh Armawati (64), warga Nagari Salareh Aia Timur, Kecamatan Palambayan, Kabupaten Agam. Bencana dahsyat ini merenggut lima anggota keluarganya. Dari sepuluh anggota keluarganya yang terdampak, dua orang berhasil selamat, namun harus dilarikan ke rumah sakit karena luka-luka. Cucu Armawati berusia empat tahun mengalami patah kaki, sementara ayah dari cucunya tersebut juga mengalami luka-luka.
"Saat kejadian saya tidak di rumah tapi pergi mendoa ke tempat adik dan sekejap itu bencana datang," ujar Armawati dengan berlinang air mata. Ia menceritakan bahwa empat unit rumah yang ditempati keluarganya secara berdekatan, kini tak bersisa diterjang banjir. Salah satu rumah yang baru saja didirikan pun kini hanya tinggal puing-puing. Saat ini, Armawati mengungsi di rumah warga yang tidak terdampak, yang juga dijadikan posko bencana. Ia berharap semua anggota keluarganya yang belum ditemukan segera ditemukan dalam keadaan selamat dan dapat berkumpul kembali.
Empat Kabupaten di Aceh Masih Terisolasi
Kondisi serupa terjadi di Provinsi Aceh, di mana empat kabupaten masih sulit dijangkau melalui jalur darat untuk pendistribusian bantuan logistik. Menurut Kapusdatin BNPB, Abdul Muhari, keempat kabupaten tersebut adalah Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tamiang. BNPB terus mengintensifkan distribusi bantuan logistik melalui jalur udara, darat, dan laut.
Empat helikopter telah dikerahkan untuk pengiriman bantuan harian ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau seperti Aceh Tamiang, Aceh Tengah, dan Lhokseumawe. Salah satu pengiriman penting dilakukan oleh Heli Caracal yang membawa 1,5 ton logistik ke Aceh Tengah pada pagi hari. Selain itu, helikopter milik BNPB juga mengirimkan makanan siap saji pada siang harinya. Meskipun demikian, BNPB mengakui bahwa dua pengiriman tersebut belum mencukupi kebutuhan warga terdampak, sehingga jumlah penerbangan akan ditingkatkan hingga akses darat kembali normal.
Selain melalui udara, distribusi logistik juga dilakukan melalui jalur darat menggunakan dua truk TNI yang membawa sekitar 12 ton muatan menuju Kabupaten Nagan Raya. Bantuan dari Presiden Prabowo Subianto juga turut disalurkan melalui dua sorti helikopter dan satu sorti darat. Heli Mi-17 mengirimkan obat-obatan dan vitamin ke Aceh Tamiang, sementara Heli Caracal membawa bantuan serupa ke Aceh Tengah. Pengiriman via darat ke Meulaboh juga dilakukan untuk menyalurkan bantuan serupa.
Saat ini, operasi udara di Aceh didukung oleh empat pesawat Cessna Caravan (dua beroperasi, dua dalam persiapan) dan enam helikopter, dengan total 13 unit alutsista udara. Satu pesawat tambahan disiagakan di Bandara Kualanamu untuk pengiriman logistik tambahan. Untuk menjangkau daerah pesisir timur yang sulit diakses, Posko Pengendalian Tanggap Darurat Aceh mengoperasikan satu Kapal Ekspres Bahari yang mampu mengangkut 25-30 ton logistik dalam sekali pelayaran dari Banda Aceh ke Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa, dan Aceh Tamiang. Opsi penambahan armada kapal ekspres juga tengah dipertimbangkan untuk mempercepat pendistribusian bantuan ke wilayah yang terdampak parah.
Rincian Korban Jiwa dan Hilang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat hingga Selasa (2/12/2025) sore mencapai 708 jiwa. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, merinci angka tersebut.
- Sumatera Utara: 294 jiwa meninggal dunia, dan 155 jiwa masih hilang. Wilayah paling terdampak meliputi Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, dan Tapanuli Utara.
- Aceh: 218 jiwa meninggal dunia, dan 227 orang masih dilaporkan hilang. Upaya pencarian dan pertolongan terus dilakukan oleh tim gabungan.
- Sumatera Barat: 196 jiwa meninggal dunia, dan 117 jiwa lainnya hilang.
BNPB bersama pemerintah daerah, kementerian, dan lembaga terkait berkomitmen untuk mempercepat upaya tanggap darurat dan pemulihan di ketiga provinsi yang terdampak bencana ini.
Posting Komentar