News Breaking
MEDKOM LIVE
wb_sunny

Breaking News

Sawit dan Bencana Aceh: Kontroversi Pernyataan Lama Prabowo

Sawit dan Bencana Aceh: Kontroversi Pernyataan Lama Prabowo

Sawit dan Bencana Aceh: Kontroversi Pernyataan Lama Prabowo

Pernyataan Lama Presiden Prabowo tentang Kelapa Sawit Kembali Jadi Sorotan di Tengah Bencana Alam

Tragedi banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera dan Aceh baru-baru ini kembali menghidupkan kembali perdebatan mengenai pernyataan lama Presiden Prabowo Subianto terkait kelapa sawit dan deforestasi. Data terbaru per Senin (1/12/2025) mencatat angka korban jiwa mencapai 442 orang, dengan 402 lainnya masih dalam proses pencarian dan evakuasi. Upaya penyelamatan dan pencarian korban terus dilakukan secara intensif oleh tim gabungan.

Kontroversi Pernyataan Presiden Prabowo Subianto

Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menimbulkan kontroversi ini pertama kali diutarakan pada Desember 2024 lalu. Saat itu, dalam sebuah acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), Presiden Prabowo menyatakan bahwa Indonesia seharusnya tidak ragu untuk memperluas lahan perkebunan kelapa sawit, bahkan tanpa kekhawatiran berlebih mengenai deforestasi.

"Saya kira ke depan kita juga harus tambah tanam kelapa sawit. Enggak usah takut," ujar Prabowo kala itu. Ia melanjutkan, "Apa itu katanya membahayakan, deforestation. Namanya kelapa sawit ya pohon, ya kan? Benar enggak, kelapa sawit itu pohon, ada daunnya kan? Dia menyerap karbondioksida, dari mana kok kita dituduh yang boten-boten saja itu orang-orang itu."

Presiden Prabowo juga menekankan pentingnya kelapa sawit sebagai komoditas strategis yang banyak dibutuhkan oleh negara-negara tetangga. Oleh karena itu, ia menginstruksikan para kepala daerah serta aparat TNI dan Polri untuk turut serta menjaga dan mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Deforestasi sendiri didefinisikan sebagai proses hilangnya tutupan hutan secara luas, baik yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, peternakan, dan pembangunan permukiman, maupun oleh bencana alam. Pernyataan Presiden Prabowo yang mengaitkan kelapa sawit sebagai "pohon" yang menyerap karbon dioksida ini kembali mengemuka dan menjadi topik perbincangan hangat menyusul terjadinya bencana hidrometeorologi yang merenggut banyak korban jiwa di Aceh dan Sumatera belakangan ini.

Rincian Korban Banjir dan Longsor di Sumatera dan Aceh

Data terbaru yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per tanggal 30 November 2025 menunjukkan gambaran yang mengerikan mengenai dampak bencana alam ini.

Sumatera Utara (Sumut)

  • Korban Meninggal Dunia: Sebanyak 217 jiwa dilaporkan meninggal dunia.
  • Korban Hilang: Angka korban hilang meningkat menjadi 209 orang. Banyak laporan kehilangan anggota keluarga masuk ke posko-posko daerah.
  • Lokasi Terdampak: Korban meninggal tersebar di berbagai wilayah, termasuk Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, Kota Padang Sidempuan, Deli Serdang, dan Nias.

"Korban jiwa untuk Sumatra Utara 217 yang meninggal dunia kemudian 209 yang masih hilang," ungkap Kepala BNPB, Suharyanto, melalui siaran pers. "Korban hilang mengalami peningkatan menjadi 209 orang setelah banyak yang melaporkan kehilangan keluarga kepada petugas di tiap-tiap posko daerah," tambah Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Sumatera Barat (Sumbar)

  • Korban Meninggal Dunia: 129 jiwa dilaporkan meninggal dunia.
  • Korban Hilang: 118 orang masih hilang.
  • Korban Luka-luka: 16 orang mengalami luka-luka.
  • Pengungsi: Total pengungsi mencapai 11.820 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 77.918 jiwa. Konsentrasi pengungsi terbesar berada di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan.
  • Lokasi Terdampak: Korban tersebar di Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar, Pasaman Barat, Pasaman, Solok, Kota Solok, dan Pesisir Selatan.

"Ini korban jiwa meninggal dunia 129, kemudian yang hilang 118 dan 16 luka-luka," ujar Suharyanto.

Aceh

  • Korban Meninggal Dunia: Hingga sore kemarin, tercatat 96 jiwa meninggal dunia.
  • Korban Hilang: 75 jiwa dilaporkan hilang.
  • Pengungsi: Jumlah pengungsi mencapai 62.000 KK yang tersebar di berbagai kabupaten dan kota.
  • Lokasi Terdampak: Data korban dihimpun dari wilayah Bener Meriah, Aceh Tengah, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur, Lhokseumawe, Gayo Lues, Subulussalam, dan Nagan Raya.

"Aceh korban jiwa meninggal dunia menjadi 96, hilang 75 jiwa. Ini ada di 11 kabupaten/kota," jelas Suharyanto.

Situasi darurat ini menuntut perhatian serius terhadap mitigasi bencana dan pengelolaan lingkungan. Perdebatan mengenai peran perkebunan sawit dalam lanskap ekologis Indonesia, serta dampaknya terhadap kerentanan terhadap bencana, tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan upaya pemulihan pasca-bencana ini.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar