Hipertensi Tanpa Gejala: Kiat Pengendalian Efektif
Hipertensi: Ancaman Senyap yang Sering Terabaikan dan Strategi Pengendaliannya
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang seringkali diremehkan karena minimnya gejala yang muncul. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk Indonesia berusia 18 tahun mencapai 30,8%, namun ironisnya, hanya 8,6% yang terdiagnosis oleh dokter. Angka ini mencerminkan rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya hipertensi, yang kerap dijuluki sebagai 'The Silent Killer'. Penyakit ini mampu merusak organ vital seperti jantung, ginjal, otak, dan pembuluh darah tanpa memberikan peringatan dini.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan bahaya hipertensi, Bayer Indonesia menyelenggarakan edukasi bertajuk 'The Science Behind: The Importance of 24-hour Hypertension Management' di Jakarta. Acara ini menekankan pentingnya pemahaman mendalam mengenai hipertensi dan cara pengelolaannya secara efektif.
Satu dari Tiga Orang Dewasa di Indonesia Mengidap Hipertensi
Hipertensi terus menjadi tantangan kesehatan terbesar di Indonesia. Pengendalian dan edukasi masyarakat mengenai penyakit ini masih sangat terbatas. Fakta mengejutkan menunjukkan bahwa satu dari tiga orang dewasa di Indonesia hidup dengan tekanan darah tinggi, namun hanya 18,9% yang berhasil mencapai tekanan darah yang terkontrol.
"Data menunjukkan paling sedikit satu dari tiga orang dewasa atau satu dari empat orang dewasa di Indonesia penyintas hipertensi," ujar dr. Tunggul D. Situmorang, Sp. PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi.
Penyakit ini layak disebut sebagai 'silent killer' karena mampu menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius tanpa gejala yang terasa. Banyak pasien baru menyadari kondisinya setelah mengalami komplikasi berat, seperti stroke, kerusakan ginjal, dan serangan jantung.
"Keadaan ini merupakan suatu pembunuh diam-diam atau silent killer karena tidak bergejala sebelumnya. Jadi nanti kita lihat sebenarnya dia tidak bergejala, tetapi sudah bisa menyebabkan kerusakan organ yang mempunyai pembuluh darah, semua organ kita punya pembuluh darah kecuali rambut," tambahnya.
'Morning Surge': Ancaman Peningkatan Tekanan Darah di Pagi Hari
Tekanan darah manusia bersifat dinamis, mengalami fluktuasi naik dan turun sesuai dengan ritme biologis tubuh. Saat tertidur, tekanan darah cenderung menurun, namun akan mengalami peningkatan signifikan dan melonjak cepat di pagi hari, khususnya antara pukul 6 hingga 10 pagi. Fenomena ini dikenal sebagai 'morning surge'.
"Tekanan darah tinggi ini sehari-hari turun di malam hari, ini yang disebut dengan morning surge. Jadi serangan surge, serangan MCI, sering pada pagi hari ya karena ini. Jadi inilah yang disebut dengan reality of blood pressure, jadi turun naiknya tekanan darah, makin banyak ini, makin tinggi hectic-nya, maka organ targetnya akan makin cepat rusak," jelas Dokter Tunggul.
Lonjakan tekanan darah di pagi hari dipicu oleh pelepasan hormon stres seperti kortisol, epinefrin, dan norepinefrin saat tubuh bangun tidur. Hal inilah yang menjelaskan mengapa serangan jantung dan stroke lebih sering terjadi pada waktu tersebut.
"Morning surge adalah momen paling berisiko. Lonjakan tekanan darah setelah bangun tidur dapat memicu stroke atau serangan jantung terutama pada pasien hipertensi derajat ke 2 dan 3. Inilah mengapa pasien perlu melakukan pengecekan tekanan darah secara mandiri dan teratur di pagi dan malam hari. Selain itu, penting untuk patuh pada pengobatan agar tekanan darah terkendali selama 24 jam untuk melindungi pasien dari komplikasi serius," tegasnya.
Komplikasi Serius Akibat Hipertensi yang Tak Terkendali
Hipertensi menjadi penyebab utama gagal ginjal dan kebutuhan dialisis (cuci darah) di Indonesia. Kondisi ini seringkali diperparah oleh kurangnya pengetahuan pasien mengenai hipertensi, motivasi yang rendah untuk mengendalikan diri, serta anggapan bahwa kondisi tidak sehat membuat mereka enggan mengonsumsi obat. Padahal, pengendalian hipertensi sangat krusial untuk mencegah lonjakan drastis yang dapat memicu berbagai komplikasi penyakit, mengingat penyakit ini minim gejala.
"Dia (hipertensi) akan mengenai semua orang yang mempunyai pembuluh darah, jadi mulai dari otak, mata, jantung, ginjal, dan itu bisa stroke, kebutaan, gagal jantung, dan gagal ginjal," tutur Dokter Tunggul.
Proporsi pasien hipertensi di Indonesia yang belum terkendali masih sangat tinggi, mencapai 81,1%. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan minimnya pemantauan mandiri.
"Pengobatan hipertensi bukan sekadar menurunkan angka-angka itu, tetapi menjaga tekanan darah tetap stabil 24 jam sesuai dengan target, melindungi organ-organ yang tadi, meningkatkan kualitas hidup, dan menurunkan risiko-risiko kejadian yang akut," jelas Dokter Tunggul.
Mengendalikan Hipertensi: Kombinasi Gaya Hidup Sehat dan Manajemen Medis
Pengendalian tekanan darah sangat penting, karena penurunan sekecil apapun dapat memberikan manfaat signifikan dalam mencegah komplikasi hipertensi. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg saja dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 5%, risiko penyakit jantung koroner sebesar 8%, risiko kardiovaskular mayor sebesar 10%, risiko stroke sebesar 13%, dan risiko gagal jantung sebesar 13%.
Penerapan gaya hidup sehat memiliki pengaruh besar dalam menurunkan tekanan darah, melalui beberapa langkah berikut:
- Pertahankan berat badan ideal: Menjaga Indeks Massa Tubuh (IMT) di bawah 23 kg/m2. Penurunan 1 kg berat badan dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 1 mmHg.
- Pola makan seimbang: Perbanyak konsumsi sayur dan buah segar, prioritaskan protein, makanan tinggi kalium, dan produk nabati.
- Aktivitas fisik rutin: Lakukan latihan aerobik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang minimal 30 menit per hari, 3-5 kali seminggu.
- Latihan ketahanan: Tambahkan latihan kekuatan otot untuk membantu kontrol tekanan darah.
- Batasi asupan garam: Konsumsi garam tidak lebih dari 5-6 gram per hari atau setara dengan 1 sendok teh. Idealnya, konsumsi garam dibatasi hingga 1,5 gram per hari.
- Hindari merokok dan alkohol: Kebiasaan ini dapat meningkatkan tekanan darah dan menjadi faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.
Untuk mencapai kontrol tekanan darah yang optimal, diperlukan pendekatan holistik yang menggabungkan gaya hidup sehat dengan penggunaan obat sesuai anjuran dokter. Pasien juga perlu melakukan pemantauan mandiri, patuh mengonsumsi obat, dan mencatat tekanan darah secara rutin. Informasi ini akan membantu dokter dalam menyesuaikan terapi, menentukan dosis obat yang tepat, mengintensifikasi pengobatan, atau merekomendasikan perubahan gaya hidup spesifik.
Pengendalian tekanan darah selama 24 jam sangat krusial untuk menjaganya dalam batas normal, yaitu tekanan darah sistolik di bawah 130 mmHg dan/atau diastolik di bawah 85 mmHg. Teknologi canggih seperti Osmotic-controlled Release Oral Delivery System (OROS) pada Nifedipine GITS dari Bayer Indonesia memungkinkan pelepasan obat yang stabil sepanjang hari, efektif melindungi pasien dari 'morning surge', dan menjaga tekanan darah tetap stabil.
FAQ Seputar Hipertensi
- Apa itu hipertensi? Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis di mana tekanan darah di arteri meningkat secara konstan, dengan angka di atas 140/90 mmHg.
- Apa ciri hipertensi naik? Seringkali, hipertensi tidak menunjukkan gejala. Namun, ketika kondisinya parah, dapat menimbulkan tanda-tanda seperti sakit kepala, pusing, penglihatan kabur, dan telinga berdenging.
- Konsumsi apa agar tensi turun? Penderita darah tinggi sebaiknya menghindari makanan tinggi garam, lemak jenuh dan lemak trans, gula berlebihan, makanan olahan, serta minuman beralkohol dan berkafein.
Menjalani gaya hidup sehat dan melakukan manajemen hipertensi secara berkelanjutan adalah kunci untuk menjaga tekanan darah tetap terkendali dan mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.
Posting Komentar