News Breaking
MEDKOM LIVE
wb_sunny

Breaking News

Jombang: Demi Anak, Ibu Tunggal Rela Kupas Bawang

Jombang: Demi Anak, Ibu Tunggal Rela Kupas Bawang

Demi Pendidikan Sang Putri, Ibu di Jombang Rela Hidup Sederhana dan Berjuang dengan Mengupas Bawang

Di Dusun Wringinjejer, Desa Gondek, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, hiduplah seorang perempuan tangguh bernama Sumarni (53). Jauh dari kemewahan, Sumarni menjalani hidup dalam kesederhanaan bersama putri semata wayangnya dan sang ibu kandung. Kondisi rumah yang terbuat dari dinding bata merah tanpa plester, lantai tanah yang sebagian dilapisi bata, serta pintu dan jendela seadanya, menjadi saksi bisu perjuangan Sumarni. Sejak kepergian suaminya tiga tahun lalu, Sumarni memikul tanggung jawab penuh untuk memastikan pendidikan putrinya tidak terputus.

Setiap rupiah yang diperoleh Sumarni selalu diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan sang anak yang kini duduk di bangku kelas 7 madrasah tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Jogoroto. Rumah sederhana ini, yang selesai dibangun sebelum suaminya meninggal, menjadi saksi perjuangan harian Sumarni.

Rutinitas Harian: Mengupas Bawang Merah sebagai Sumber Penghidupan

Keseharian Sumarni sangatlah padat. Ia bekerja sebagai buruh kupas bawang merah yang dilakukannya langsung di rumah. Setiap hari, ia mengambil sekitar 20 kilogram bawang merah dari seseorang di desa tetangga. Setelah bawang tersebut terkupas, ia mengembalikannya dan menerima upah sebesar Rp 1.800 per kilogram. Rutinitas ini telah dijalani Sumarni selama beberapa tahun terakhir demi mencukupi kebutuhan keluarganya.

Selain mengupas bawang merah, sesekali Sumarni juga mengumpulkan bulu ayam untuk dijual. Pendapatan dari pekerjaan ini memang tidak besar, namun menjadi penopang utama bagi kelangsungan hidup mereka. "Setiap harinya ya mengupas bawang merah. Bayaranya diberikan tiap 2 minggu," ungkap Sumarni.

Mengorbankan Keinginan Pribadi demi Pendidikan Anak

Dalam menjalankan aktivitasnya, Sumarni mengandalkan sepeda pancal atau berjalan kaki. Ia tidak memiliki kendaraan bermotor. Keinginan untuk membeli sepeda motor, sebuah impian yang mungkin dimiliki banyak orang, harus ia pendam dalam-dalam. Semua demi menjaga agar pendidikan putrinya tidak terganggu.

"Sebenarnya berminat, tapi uangnya yang gak ada. Kalaupun ada uang, ya buat kebutuhan sekolah anak saja," ujar Sumarni dengan nada pasrah namun penuh tekad. Kebutuhan sekolah yang dimaksud meliputi buku Lembar Kerja Siswa (LKS), uang saku harian, hingga biaya-biaya lain yang tidak ditanggung oleh pemerintah. Bagi Sumarni, pendidikan sang putri adalah investasi masa depan yang tak ternilai harganya.

Bansos: Bantuan yang Diandalkan dan Hilangnya Nama dari Daftar Penerima

Sumarni dan keluarganya merupakan penerima manfaat dari program Bantuan Sosial (Bansos) Sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk pendidikan. Ia mengaku selalu berhati-hati dalam memanfaatkan bantuan tersebut, dengan prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan sekolah putrinya.

"Dapatnya tiap 3 bulan. Ketika dapat, ya langsung digunakan untuk menyelesaikan kebutuhan sekolah anak," katanya. Namun, kabar kurang menyenangkan datang ketika nama Sumarni tiba-tiba hilang dari daftar penerima Bansos. Sejak September 2025, ia tidak lagi menerima pencairan bantuan tersebut.

"Kalau yang pertama dan kedua masih dapat, tapi yang September dan November gak dapat," ungkap Sumarni. Setelah mengkonfirmasi dengan pihak pemerintah desa dan pendamping program Bansos, diduga namanya hilang akibat kesalahan input data yang menyebutkan dirinya telah berpindah alamat ke kecamatan lain. Situasi ini tentu menambah beban bagi Sumarni, namun tidak memadamkan semangatnya.

Prioritas Utama: Pendidikan Sang Putri

Setiap hari, Sumarni bangun sebelum subuh. Pagi harinya ia habiskan untuk mengurus rumah tangga, memasak, mencuci pakaian, dan mempersiapkan putrinya untuk berangkat ke sekolah. Setelah putrinya berangkat, barulah ia mengayuh sepeda pancalnya untuk mengambil bawang merah di desa sebelah.

Sumarni tidak bisa bepergian atau bekerja terlalu lama di luar rumah karena harus menjaga dan merawat ibunya yang juga tinggal bersamanya. Kehidupannya yang sederhana tidak membuatnya memiliki harapan yang muluk-muluk. Harapan terbesarnya adalah agar sang putri dapat terus bersekolah dan meraih pendidikan yang layak.

"Harapannya ya bisa sekolah terus, supaya anak pintar," ujar Sumarni dengan mata berbinar penuh harap. Untuk menjamin kelangsungan pendidikan putrinya, Sumarni selalu mengedepankan pemenuhan kebutuhan sekolah di atas segala hal lainnya. Ia juga tak lupa mengajarkan putrinya untuk selalu berhemat, memprioritaskan kebutuhan yang paling penting, dan mendorongnya untuk belajar dengan rajin.

"Karena yang paling penting ya buat sekolahnya anak. Kalau ada uang, yang kita dahulukan ya kebutuhan sekolahnya, sangunya (uang saku)," tegas Sumarni, menunjukkan betapa besar cintanya pada sang putri dan betapa ia memprioritaskan masa depan pendidikan buah hatinya.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar